Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandwich Generation Rawan Stres dan Depresi, Ini Cara Menjaga Kesehatan Mentalnya...

Kompas.com - 19/09/2023, 20:01 WIB
Agustin Tri Wardani,
Mahardini Nur Afifah

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pernahkah Anda mendapati atau saat ini tengah bergelut dengan rutinitas mengurus anak yang masih butuh perhatian dan bimbingan, tapi di sisi lain Anda juga punya kewajiban merawat orangtua yang butuh dukungan dan kesehatannya tak lagi prima?

Kondisi di atas adalah sekelumit gambaran yang dilakoni sandwich generation. Generasi roti lapis ini dapat dijumpai di banyak negara, termasuk Indonesia.

Perlu Anda ketahui, generasi ini ternyata rentan terkena masalah kesehatan mental. Menurut studi dari American Psychological Association pada 2007, para sandwich generation lebih stres dibandingkan dengan orang yang hanya fokus mengurus diri atau keluarga utamanya. 

Selain itu, tekanan mental yang ekstrem dan berkepanjangan ini juga rentan membuat mereka mengalami depresi. 

Sebelum menyimak akar penyebabnya, ada baiknya Anda mengetahui dulu apa itu sandwich generation yang istilahnya kerap didengungkan. 

Baca juga: Dampak Polusi Udara Bisa Memengaruhi Kesehatan Mental, Kok Bisa?

Apa itu sandwich generation?

Dikutip dari VerywellMind, sandwich generation adalah sebutan untuk menggambarkan orang dewasa yang perlu merawat diri, keluarga, sekaligus orangtua atau saudaranya. 

Biasanya, mereka yang tergolong sandwich generation berada di usia produktif, atau berkisar antara 35 tahun sampai 54 tahun. 

Terlepas dari besarnya rasa cinta dan tanggung jawab pada keluarga, generasi roti lapis ini tak jarang mengalami kelelahan fisik dan mental ketika berupaya menjaga keseimbangan antara dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan orang sekitarnya. 

Menurut penelitian, sandwich generation wanita lebih rentan kewalahan menjaga keseimbangan tersebut ketimbang pria. Akibatnya, responden wanita lebih rawan mengalami stres dan depresi ketimbang pria yang relatif bisa mengontrol stres. 

Stres akibat tuntutan kehidupan yang dirasakan sandwich generation dapat berdampak buruk tidak hanya pada hubungan pribadi, tetapi juga pada kesejahteraan pribadi.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Mindfulness dan 9 Manfaatnya untuk Kesehatan Mental

Baca juga: Kenali 4 Manfaat Memeluk Diri Sendiri untuk Kesehatan Mental

Penyebab sandwich generation rentan stres dan depresi

Melansir MentalHealthAmerica, penyebab sandwich generation rentan mengalami stres dan depresi bisa dipicu beberapa hal, di antaranya:

  • Kurangnya waktu pribadi

Ketika merawat orangtua yang lanjut usia, terlebih dalam kondisi kesehatan yang menurun,  tentunya banyak waktu dan energi yang tercurah, sehingga generasi roti lapis kerap kekurangan waktu untuk memperhatikan diri sendiri.

  • Banyak konflik

Minimnya waktu untuk memperhatikan diri sendiri terkadang bisa membuat kelelahan ekstrem dan mendorong orang lebih mudah marah atau emosi. Terlebih jika sandwich generation yang minim dukungan saudara lain atau ditambah masalah finansial. Kondisi ini kerap memicu konflik yang bikin stres.

  • Emosi kompleks dan rasa gagal

Di satu sisi menjadi anak, di sisi lain menjadi orangtua tentunya menimbulkan emosi kompleks. Peran yang kontras ini dapat menimbulkan rasa cemas, takut, sedih, marah, sedih, bahagia, sekaligus gagal karena sulit memenuhi harapan menjadi orangtua sempurna sekaligus perawat yang baik bagi orangtua. 

Berbagai kondisi di atas, apabila tidak ditanggulangi dapat berkembang menjadi stres kronis, depresi, dan beragam masalah kesehatan mental lainnya. 

Baca juga: Bukan Cuma Berat, Rindu Juga Berdampak Buruk Pada Kesehatan Mental

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau