Kemajuan mengenai pengobatan dan hasil penelitian juga terbukti, jika ODHA hamil minum obat antiretroviral tidak akan menularkan infeksi HIV/AIDS ke bayinya sama sekali.
“Jadi kalau ibu dengan HIV minum obat antiretroviral, jumlah virus dalam darahnya amat sangat minim, istilahnya undetected. Maka, tidak akan terjadi penularan dari si ibu ke bayinya,” lanjut Prof Zubairi.
Pemberian terapi ARV pada ibu hamil yang positif HIV/AIDS ini akan terus dilanjutkan seumur hidup.
Ibu yang tidak minum obat antiretroviral dapat meningkatkan risiko penularan pada bayi sebesar 20-40 persen.
“Jadi ibu dengan HIV-AIDS itu kalau si ibu tidak minum obat antiretroviral, maka risiko bayi tertular HIV tidak 100 persen, tetapi 20 sampai 40 persen,” sebutnya.
Baca juga: Pengidap HIV/AIDS Rentan Terkena Monkeypox, Begini Penjelasan Ahli
Penanganan selanjutnya adalah memilih proses melahirkan dengan seksio sesaria.
Cara melahirkan ibu hamil dengan HIV memang disarankan dengan proses seksio sesaria karena cara ini efektif untuk mengurangi risiko penularan HIV dari ibu hamil ke anak.
Alur pasien melahirkan dengan HIV yang dilakukan dengan mengonfirmasi jumlah viral load pada ibu hamil dengan HIV.
Apabila viral load lebih dari sama dengan 1.000 kopi/mL pada trimester ketiga, kehamilan akan menjalani proses persalinan harus dengan cara seksio sesaria. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan Mother To Child HIV Transmission (MTCT) sebanyak 12 kali lipat.
Prof Zubairi juga mengonfirmasi apabila proses persalinan yang dilakukan dengan seksio sesaria akan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi sebesar 50 persen.
“Dulu sebelum orang tahu, maka salah satu pilihannya adalah dengan melahirkan seksio sesaria. Jadi, rupanya penularan utama terjadi pada waktu proses melahirkan. Sehingga dengan dilahirkan lewat perut, risiko penularan berkurang 50 persen,” ungkapnya.
Baca juga: Jadi Penyakit Menakutkan, Benarkah HIV/AIDS Tidak Bisa Diobati?
Melansir Sari Pediatri, pemberian satu kali Nevirapine pada saat persalinan kepada ibu dan bayi saat usia 48-72 jam setelah lahir, dapat menurunkan penularan HIV sebanyak 50 persen dibandingkan dengan pemberian zidovudine oral kepada ibu saat intrapartum dan pada bayi selama satu minggu setelah lahir.
Adanya kombinasi penggunaan dua obat antiretroviral atau lebih terbukti dapat mengurangi transmisi vertikal, apalagi bila persalinan ibu dengan HIV juga melalui seksio sesaria serta tidak memberikan ASI.
Nah, itu dia pemaparan ahli mengenai penanganan ibu hamil dengan HIV agar anak yang lahir sehat tidak terinfeksi virus.
Bagi ibu hamil dengan ODHA, pemaparan penanganan tersebut bisa menjadi edukasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan kasus HIV/AIDS positif pada bayi di Indonesia.
Baca juga: 4 Cara Penularan HIV/AIDS dan Efektivitasnya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.