Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Penularan HIV dari Ibu ke Anak Bisa Dicegah

Kompas.com - 02/12/2023, 18:00 WIB
Agustin Tri Wardani,
Shintaloka Pradita Sicca

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Ibu hamil yang positif HIV/AIDS berisiko menularkan HIV ke bayinya, tetapi itu bisa dicegah. 

Melansir Kementerian Kesehatan, penularan HIV dari ibu ke bayi disebut transmisi vertikal yang dapat terjadi melalui plasenta pada waktu hamil (intrauterin), waktu bersalin (intrapartum), dan pasca natal melalui air susu ibu (ASI).

Apabila tidak dicegah dan ditangani sejak dini, penularan HIV tersebut dapat meningkatkan risiko kematian bayi lahir.

Untuk meningkatkan kewaspadaan, ada baiknya Anda menyimak cara ibu hamil dengan HIV melahirkan dengan aman tanpa menularkan penyakit kepada buah hati. 

Baca juga: Kemenkes: Transmisi HIV dari Ibu ke Anak Ada Setiap Tahun di Indonesia

Cara mencegah penularan HIV dari ibu ke anak dalam kandungan 

Anggota dewan pertimbangan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM mengatakan bahwa transmisi HIV dari ibu hamil ke anak dapat dicegah dengan beberapa langkah. 

Berikut Dokter Spesialis Penyakit Dalam subspesialis Hematologi-Onkologi ini menjelaskan tentang beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk menangani ibu positif HIV agar tidak menular ke anaknya:

  • Lakukan tes HIV/AIDS

Menurut Prof Zubairi, penanganan pertama dan utama yang perlu dilakukan ibu hamil adalah dengan melakukan tes HIV.

“Jadi yang utama dan pertama dan terpenting memang ibu hamil tes HIV. Kita tahu bahwa ibu hamil ini bisa meninggal, bisa gawat kalau terinfeksi HIV, bisa menularkan HIV ke bayinya, bisa juga menerlakan HIV ke suaminya,” kata Prof Zubairi dalam rangka "Hari AIDS Sedunia" pada Kamis (30/11/2023).

Risiko tersebut dapat dicegah sejak dini dengan mengetahui hasil pastinya melalui tes HIV, tetapi hingga saat ini ibu hamil masih enggan melalukan tes HIV.

“Ini datanya menunjukkan bahwa ternyata seluruh ibu hamil yang disarankan tes HIV, ternyata hanya 55 persen yang tes HIV, yang seharusnya 100 persen. Kemudian yang positif sekitar 0,3 persen,” ungkapnya.

Dengan melakukan tes HIV/AIDS, ibu hamil akan meminimalisir risiko penularan HIV ke bayi dan mencegah kematian, karena ibu hamil bisa segera diberi obat antiretroviral oral yang tepat.

“Kalau positif, segera minum obat antiretroviral,” jelasnya.

Baca juga: 10 Rekomendasi Penanganan HIV/AIDS dari PB IDI

  • Minum obat antiretroviral

Setelah tes HIV, langkah yang kedua adalah minum obat antiretroviral (ARV).

Pemberian terapi ARV bagi ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) yang hamil harus dilakukan dengan segera, dan ibu hamil tidak perlu khawatir akan efek pengobatan ini.

“Jangan ditunda, kalau lagi hamil minum obat nanti takut cacat, itu tidak benar. Sekarang ini sudah terbukti bahwa obat antiretroviral yang disediakan dokter untuk ibu hamil ternyata aman untuk ibu, aman untuk bayi,” terangnya.

Kemajuan mengenai pengobatan dan hasil penelitian juga terbukti, jika ODHA hamil minum obat antiretroviral tidak akan menularkan infeksi HIV/AIDS ke bayinya sama sekali.

“Jadi kalau ibu dengan HIV minum obat antiretroviral, jumlah virus dalam darahnya amat sangat minim, istilahnya undetected. Maka, tidak akan terjadi penularan dari si ibu ke bayinya,” lanjut Prof Zubairi.

Pemberian terapi ARV pada ibu hamil yang positif HIV/AIDS ini akan terus dilanjutkan seumur hidup.

Ibu yang tidak minum obat antiretroviral dapat meningkatkan risiko penularan pada bayi sebesar 20-40 persen.

“Jadi ibu dengan HIV-AIDS itu kalau si ibu tidak minum obat antiretroviral, maka risiko bayi tertular HIV tidak 100 persen, tetapi 20 sampai 40 persen,” sebutnya.

Baca juga: Pengidap HIV/AIDS Rentan Terkena Monkeypox, Begini Penjelasan Ahli

  • Lakukan proses melahirkan dengan seksio sesaria

Penanganan selanjutnya adalah memilih proses melahirkan dengan seksio sesaria.

Cara melahirkan ibu hamil dengan HIV memang disarankan dengan proses seksio sesaria karena cara ini efektif untuk mengurangi risiko penularan HIV dari ibu hamil ke anak.

Alur pasien melahirkan dengan HIV yang dilakukan dengan mengonfirmasi jumlah viral load pada ibu hamil dengan HIV.

Apabila viral load lebih dari sama dengan 1.000 kopi/mL pada trimester ketiga, kehamilan akan menjalani proses persalinan harus dengan cara seksio sesaria. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan Mother To Child HIV Transmission (MTCT) sebanyak 12 kali lipat.

Prof Zubairi juga mengonfirmasi apabila proses persalinan yang dilakukan dengan seksio sesaria akan mengurangi risiko penularan HIV ke bayi sebesar 50 persen.

“Dulu sebelum orang tahu, maka salah satu pilihannya adalah dengan melahirkan seksio sesaria. Jadi, rupanya penularan utama terjadi pada waktu proses melahirkan. Sehingga dengan dilahirkan lewat perut, risiko penularan berkurang 50 persen,” ungkapnya.

Baca juga: Jadi Penyakit Menakutkan, Benarkah HIV/AIDS Tidak Bisa Diobati?

  • Pemberian antiretroviral secara profilaksis

Melansir Sari Pediatri, pemberian satu kali Nevirapine pada saat persalinan kepada ibu dan bayi saat usia 48-72 jam setelah lahir, dapat menurunkan penularan HIV sebanyak 50 persen dibandingkan dengan pemberian zidovudine oral kepada ibu saat intrapartum dan pada bayi selama satu minggu setelah lahir.

Adanya kombinasi penggunaan dua obat antiretroviral atau lebih terbukti dapat mengurangi transmisi vertikal, apalagi bila persalinan ibu dengan HIV juga melalui seksio sesaria serta tidak memberikan ASI.

Nah, itu dia pemaparan ahli mengenai penanganan ibu hamil dengan HIV agar anak yang lahir sehat tidak terinfeksi virus.

Bagi ibu hamil dengan ODHA, pemaparan penanganan tersebut bisa menjadi edukasi yang bisa dilakukan untuk menurunkan kasus HIV/AIDS positif pada bayi di Indonesia.

Baca juga: 4 Cara Penularan HIV/AIDS dan Efektivitasnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau