KOMPAS.com - Stres mungkin umum saja dalam kehidupan sehari-hari, tetapi semakin lama dapat memberi pengaruh pada fungsi otak Anda.
Dikutip dari National Library of Medicine, sebenarnya stres adalah kombinasi respons fisiologis, neuroendokrin, perilaku, dan emosional terhadap rangsangan baru atau yang mengancam.
Hanya saja, stres yang kuat dan berkepanjangan dapat menimbulkan kerusakan psikologis dan penyakit (patologis).
Baca juga: Tahukah Dampak Stres Bisa Mengecilkan Otak Anda? Ini Faktanya...
Penelitian menunjukkan bahwa stres memiliki pengaruh luar biasa pada bagian otak utama dan penyakit otak.
Stres memiliki efek signifikan pada berbagai wilayah otak, meliputi hipokampus, hipotalamus, amigdalam, dan prefrontal korteks.
Depresi, kecemasan, defisit kognitif, dan bahkan penyakit mental yang disebabkan oleh stres berkaitan erat dengan kerusakan fungsional dan struktural pada wilayah otak terkait.
Artikel ini akan mencoba menunjukkan berbagai dampak stres terhadap kondisi otak Anda, yang bisa menjadi awal untuk Anda lebih menyadari pentingnya mengelola stres.
Baca juga: Dampak Stres terhadap Gula Darah Tinggi yang Harus Diketahui
Dikutip dari Very Well Mind, terkadang stres dapat membantu mempertajam pikiran dan meningkatkan kemampuan mengingat detail tentang apa yang sedang terjadi.
Namun, hal ini juga dapat menimpulkan efek negatif pada otak, seperti berkontribusi terhadap penyakit mental dan menyusutkan volume otak.
Berikut ulasannya:
Para ilmuwan telah menemukan fakta bahwa stres kronis memainkan peran utama dalam timbulnya banyak kondisi kejiawaan, seperti depresi, gangguan bipolar, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Penelitian menunjukkan bahwa stres kronis menyebabkan perubahan jangka panjang pada otak.
Perubahan-perubahan tersebut mungkin membantu menjelaskan mengapa mereka yang mengalami stres kronis juga lebih rentan terhadap gangguan suasana hati dan kecemasan di kemudian hari.
Contohnya, studi pencitraan menunjukkan bahwa stres dapat mengganggu sistem serotonin dan dopamin tubuh, yang mungkin berperan dalam menyebabkan kondisi tersebut.
Serotonin dan dopamin adalah pembawa pesan kimia yang mengirimkan sinyal antar sel saraf di otak, memfasilitasi komunikasi dalam sistem saraf pusat.
Baca juga: Hubungan Stres dan Gula Darah yang Perlu Diketahui
Hasil eksperimen mengungkapkan bahwa stres kronis dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada struktur dan fungsi otak.
Bagian penting dari otak yang dikenal sebagai materi abu-abu bertanggung jawab atas pemikiran tingkat tinggi, seperti pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Namun, otak juga mengandung apa yang dikenal sebagai “materi putih”, yang terdiri dari semua akson yang terhubung dengan wilayah lain di otak untuk mengomunikasikan informasi.
Dinamakan materi putih karena adanya selubung putih berlemak, yang dikenal sebagai mielin. Mielin mengelilingi akson dan mempercepat sinyal listrik yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi ke seluruh otak.
Ketika stres kronis menyebabkan produksi mielin berlebih, hal ini tidak hanya mengakibatkan perubahan jangka pendek pada keseimbangan antara materi putih dan abu-abu. Hal ini juga dapat menyebabkan perubahan jangka panjang pada struktur otak.
Namun, tidak semua stres berdampak sama pada otak dan jaringan saraf. Ada juga stres yang baik karena membantu menghasilkan jaringan yang lebih kuat dan ketahanan yang lebih besar pada otak.
Baca juga: 8 Nutrisi Penting untuk Mengurangi Stres Anda
Selain mengubah struktur otak hormon kortisol yang dikeluarkan tubuh, dampak stres bahkan dapat merusak neuron di otak Anda, terutama yang baru terbentuk.
Hipokampus merupakan salah satu dari dua area otak tempat neurogenesis atau pembentukan sel-sel otak baru terjadi sepanjang hidup.
Hipokampus adalah salah satu wilayah otak yang sangat terkait dengan memori, emosi, dan pembelajaran.
Stres kronis dan paparan kortisol dalam waktu lama juga meningkatkan produksi glutamat.
Glutamat yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan atau kematian sel-sel otak.
Stres juga dapat mengecilkan volume otak secara keseluruhan.
Bahkan, di antara orang sehat, stres dapat menyebabkan penyusutan area otak yang berhubungan dengan pengaturan emosi, metabolisme, dan memori.
Ketika Anda terus-menerus terpapar kortisol tingkat tinggi, ada risiko Anda mengalami penyusutan volume otak, terutama di area kritis, seperti hipokampus dan korteks prefrontal.
Baca juga: 7 Makanan Pilihan untuk Mengurangi Stres yang Perlu Diketahui
Terkadang dampak stres bisa membuat seseoran sulit untuk mengingat suatu peristiwa.
Bahkan, stres yang relatif kecil pun dapat langsung memengaruhi ingatan Anda, seperti kesulitan mengingat di mana kunci mobil Anda berada atau di mana Anda meninggalkan tas kerja saat Anda terlambat berangkat kerja.
Penelitian pada hewan menunjukkan beberapa pengaruh stres terhadap memori dan pembelajaran.
Namun, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut tentang bagaimana stres memengaruhi memori manusia.
Sekali lagi, penting untuk diketahui bahwa tidak semua stres diciptakan sama.
Sedikit stres pada waktu yang tepat dapat meningkatkan daya ingat Anda. Namun, stres yang salah pada waktu yang salah dapat membuat Anda lebih sulit mengingat.
Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa ketika stres terjadi sesaat sebelum belajar, memori dapat ditingkatkan dengan membantu konsolidasi memori.
Namun, perasaan stres saat mencoba mengingat sesuatu bisa berdampak sebaliknya.
Baca juga: 6 Makanan yang Harus Dihindari Saat Stres
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.