Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Promosi Kebiasaan Sehat yang Melindungi Kesehatan Anak

Kompas.com - 29/02/2024, 10:00 WIB
Rini Agustin,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ada berbagai penyakit anak yang bisa dicegah melalui kebiasaan sehat. Untuk memasyarakatkan budaya dan perilaku hidup sehat tersebut, diluncurkan Program Keluarga Sigap (Keluarga Siaga Dukung Kesehatan, Siap Hadapi Masa Depan).

Tujuan utama dari program Keluarga Sigap adalah menciptakan sebuah lingkungan di mana anak usia dini dapat terlindungi dari berbagai penyakit, malnutrisi, dan kematian prematur.

Dalam implementasinya, program Keluarga Sigap menggunakan pendekatan melalui sosialisasi perilaku positif yang berfokus pada imunisasi rutin, lengkap, dan sesuai jadwal, melakukan kebiasaan  cuci tangan pakai sabun, dan pemberian makanan bergizi pada anak usia 0-24 bulan.

Team Leader program Keluarga Sigap, Ardi Prastowo, menjelaskan, program ini merupakan replikasi dari keberhasilan program serupa di India pada tahun 2017-2021 dengan nama “Safal Shuruaat” (Successful Beginning).

"Program Keluarga Sigap dimaksudkan untuk mereplikasi keberhasilan program Safal Shuruaat dalam membantu mengurangi penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dan praktik kesehatan, terkait dengan kebiasaan cuci tangan pakai sabun," kat Ardi dalam acara peluncuran di Jakarta (28/2/2024).

Baca juga: 4 Penyakit akibat Malas Cuci Tangan yang Sering Muncul

Di Indonesia program Keluarga Sigap merupakan hasil kolaborasi antara Gavi (aliansi vaksin), Unilever, dan The Power of Nutrition, dengan dukungan dari Kementrian Kesehatan dan BKKBN.

Tim penyuluh program Keluarga Sigap dengan media sosialisasi promosi kebiasaan sehat dalam keluarga.KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Tim penyuluh program Keluarga Sigap dengan media sosialisasi promosi kebiasaan sehat dalam keluarga.

Ardi menjelaskan, program Keluarga Sigap saat ini ada dalam fase percontohan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dan Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan dengan target satu juta anak.

Program percontohan ini dilakukan mulai Januari-Juni 2024 dan nantinya akan disebarkan dalam skala yang lebih besar.

Selain menyasar para ibu, program ini juga menitikberatkan pada peran ayah dalam pola asuh anak.

Baca juga: 9 Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi

Dalam praktiknya, program ini dilakukan oleh para kader posyandu yang melakukan sosialisasi dengan mendatangi rumah warga, dengan melibatkan tenaga kesehatan di puskesmas, bidan, tokoh masyarakat, hingga guru.

Program Manager program Keluarga Sigap, Fransisca Lambe menambahkan bahwa program ini tidak hanya menargetkan orangtua sebagai sasaran yang ingin dididik, tetapi juga menargetkan komunitas di lingkungan tersebut.

“Komunitas juga memegang peran penting dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat. Dengan berinteraksi dengan kepala desa, pemuka agama, dan lainnya, kami dapat memastikan pesan perilaku kesehatan positif dapat tersampaikan tidak hanya dari kami, melainkan dari para pemimpin di wilayah tersebut,” ujar Fransisca dalam acara yang sama.

Ketua Tim Kerja Standar Kecukupan Gizi dan Mutu Pelayanan Gizi KIA, Direktorat Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan, Mahmud Fauzi, mengatakan program ini dapat mendukung program Germas (gerakan masyarakat hidup sehat) dari pemerintah.

Untuk mengukur efektivitas dari intervensi yanga dilakukan program Keluarga Sigap, lembaga riset Kantar Public akan melakukan pengawasan dan penilaian.

Baca juga: Anak Demam Setelah Imunisasi Polio, Kapan Perlu ke Dokter?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com