KOMPAS.com - Kejadian kanker serviks di Indonesia relatif tinggi, yaitu 17,2 persen dari seluruh kanker pada wanita. Kanker serviks menempati urutan kedua terbanyak setelah kanker payudara.
Kondisi tersebut menjadi ironis, sebab kanker serviks dapat dicegah dengan vaksinasi HPV dan perilaku seksual yang sehat. Penyakit ini juga bisa dideteksi sejak dini.
"Di Indonesia kebanyakan kanker serviks baru ditemukan di stadium lanjut. Tetapi pengalaman di RS Pondok Indah Jakarta mayoritas sudah dideteksi pada tahap pra kanker dan ini angka sembuhnya bisa 100 persen," papar dr.Fitriyadi Kusuma Sp.OG (K) Onk, dalam temu media di Jakarta (22/4/2024).
Baca juga: Penting, Vaksin HPV pada Anak Perempuan Cegah Kanker Serviks
Ditekankan oleh dr.Fitriyadi, kanker serviks termasuk jenis kanker yang perkembangannya lambat, karena itu sangat disayangkan jika masyarakat belum sadar untuk melakukan pemeriksaan.
Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia pada 2021, cakupan screening kanker serviks di Indonesia hanya 1,77 persen. Pemeriksaan yang dilakukan untuk penapisan kanker tersebut adalah IVA dan pap smear.
"Perempuan yang sudah menikah lebih dari setahun sebaiknya rutin melakukan deteksi dini. Semua perempuan memiliki risiko yang sama terkena kanker serviks," ujar dr.Fitriyadi.
Baca juga: Vaksinasi HPV Berhasil Eliminasi Kanker Serviks
Menurut dr.Fitriyadi deteksi kanker serviks bisa dilakukan dengan beberapa pilihan pemeriksaan, yaitu:
- Pap smear dan IVA
Tes pap disarankan dilakukan oleh wanita yang sudah menikah atau dalam tiga tahun setelah pertama kali berhubungan seksual. Tes dilakukan dengan mengambil sampel dari leher rahim.
Sementara itu tes IVA (inspeksi visual asam asetat) hanya bisa mendeteksi kanker serviks yang sudah dalam kondisi lanjut. Namun tes ini murah dan mudah, sehingga memadai untuk daerah dengan sarana terbatas.
- Tes HPV
Tes HPV digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan virus HPV. Menurut dr.Fitriyadi, tes HPV memiliki keakuratan lebih tinggi dibanding pap smear.
- Kolposkopi
Jika hasil pap smear atau tes HPV menunjukkan adanya perubahan sel yang tidak normal, dokter akan merekomendasikan proses kolposkopi. Prosedur ini melibatkan alat pembesar khusus untuk melihat leher rahim lebih dekat.
- Biopsi
Biopsi dilakukan jika ditemukan area yang mencurigakan selama kolposkopi. Sebuah sampel kecil jaringan diambil dari serviks untuk dianalisis di laboratorium.
Baca juga: Hubungan Seks Usia Dini Beresiko Kanker Leher Rahim
- Imaging
Pemeriksaan imaging seperti MRT, CT scan, atau PET scan mungkin dilakukan untuk memastikan apakah kanker telah menyebar ke bagian lain tubuh.
- DNA HPV
Penggunaan metode HPV DNA untuk skrining kanker serviks telah direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Metode ini dianjurkan sebagai metode skrining utama karena hasil dari pemeriksaan bisa mendeteksi kanker serviks lebih dini dibandingkan dengan pemeriksaan IVA maupun pap smear.
Tes HPV DNA juga sering dipakai sebagai pengujian lanjutan ini mungkin dilakukan pada sel yang didapatkan dari biopsi untuk menentukan tipe HPV dan risikonya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.