Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tips Mencegah Dehidrasi dan Heatstroke Saat Cuaca Panas

Kompas.com - 06/05/2024, 05:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Cuaca panas selama musim kemarau dapat memicu dehidrasi atau kekurangan cairan sampai heatstroke.

Perlu diketahui, tanda-tanda dehidrasi yaitu jarang buang air kecil, sakit kepala, kelelahan atau kurang energi, dan terasa kering di beberapa bagian tubuh, seperti mulut, bibir, dan mata.

Baca juga: Apakah Boleh Minum Kopi Saat Cuaca Panas? Ini Kata Dokter...

Sementara, gejala heatstroke yaitu tubuh tidak dapat mengeluarkan keringat secara normal, gangguan keseimbangan, disorientasi atau sempoyongan, sakit kepala, kulit tampak panas dan memerah, perubahan pada tekanan darah, kejang, dan kehilangan kesadaran.

Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama mengatakan terdapat sejumlah kiat yang dapat masyarakat terapkan guna terhindar dari dehidrasi hingga heatstroke (serangan panas) saat cuaca panas.

“Suhu panas di awal musim kemarau diprediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi sampai dengan bulan Agustus 2024 di seluruh Indonesia dengan beberapa lokasi bersuhu lebih dari 36 derajat celsius. Mohon hindari dehidrasi, heat exhaustion sampai penyebab terjadinya kematian,” kata Ngabila dilansir dari Antara, Sabtu (4/5/2024).

Ngabila menuturkan cuaca panas dapat membawa banyak dampak buruk pada kesehatan masyarakat. Salah satunya adalah mengalami dehidrasi, serangan panas, lemas, hilang fokus dan rusaknya permukaan kulit.

Guna menghindari seluruh dampak buruk tersebut, masyarakat dapat mulai mencoba Gerakan Minum Air Putih Tanpa Menunggu Haus (Gerus).

Upayakan untuk meminum tiga sampai empat liter air atau setara dengan 12 sampai 16 gelas per hari.

Hal ini dapat diterapkan dengan meminum satu gelas air sebelum dan sesudah sholat, satu sampai dua gelas air sesudah makan.

Selain itu, hindari mengonsumsi minuman berkafein, seperti teh dan kopi karena akan membuat tubuh lebih mudah buang air kecil dan dehidrasi.

“Apalagi kalau ditambah gula, akan lebih berbahaya,” kata Ngabila.

Baca juga: 10 Dampak Negatif Minum Es Teh Manis Saat Cuaca Panas

Bagi masyarakat yang mengalami gejala berupa lemas dan banyak berkeringat, diperbolehkan meminum oralit yang sesuai dengan rekomendasi dokter atau tenaga medis yang menangani pasien.

Bila dirasa bosan mengonsumsi air putih, opsi lain yang ditawarkan adalah banyak memakan sayur dan buah yang kaya akan air seperti semangka, melon, pir atau apel.

Di samping dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh atau mencegah dehidrasi, buah dan sayur juga memenuhi nutrisi dan vitamin tiap individu.

Sementara terkait dengan kesehatan kulit, Ngabila menyarankan agar masyarakat segera menyemprotkan wajah dengan air bersih jika kulit kering atau berubah warna jadi kemerahan.

Menurutnya, sangat penting untuk siap sedia alat pelindung diri di dalam tas apabila mengikuti aktivitas di luar ruangan. Misalnya payung, topi berdaun lebar, kacamata hitam, pelembap kulit, tabir surya (sunscreen) dan masker medis untuk menjaga kelembapan aliran napas.

“Jangan lupa pakailah baju berwarna cerah untuk memantulkan cahaya, alas kaki untuk mencegah luka atau melepuh dan bawa terus air minum, minum minimal 200 cc per jam,” kata Kepala Seksi Pelayanan Medik RSUD Tamansari itu.

Terakhir, untuk mencegah kematian akibat cuaca panas, Ngabila merekomendasikan masyarakat untuk berteduh dari sinar matahari dan segera pergi menemui dokter apabila suhu tubuh sudah berada di atas batas normal atau 37,5 derajat celcius, tekanan darah naik, denyut nadi di atas normal bahkan pingsan.

Baca juga: Selalu Minum Air Dingin Saat Cuaca Panas, Apakah Baik untuk Kesehatan?

Sebelumnya pada Kamis (2/5/2024), Deputi Meteorologi BMKG Guswanto memastikan fenomena udara panas yang melanda Indonesia beberapa hari terakhir bukan merupakan gelombang panas (heatwave).

Melainkan cuaca panas yang diperkirakan bakal berlangsung hingga bulan Agustus atau September akibat dari adanya gerak semu matahari.

BMKG menilai hal demikian itu merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun, sehingga potensi suhu panas seperti ini juga dapat berulang pada periode yang sama setiap tahunnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau