Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Virus Nipah yang Bisa Akibatkan Koma hingga Kematian

Kompas.com - 23/06/2024, 06:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

Sumber CDC,WHO

KOMPAS.com - Virus nipah memiliki tingkat kematian 40-75 persen secara global.

Merujuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus nipah pertama kali diidentifikasi pada 1999 saat terjadi wabah di kalangan peternak babi di Malaysia.

Baca juga: Gejala Virus Nipah yang Berasal dari Kelelawar Buah

Pada 2001, infeksi penyakit ini dilaporkan muncul di Bangladesh dan sejak saat itu selalu ada kasus baru yang dicatat setiap tahun. Virus nipah menyebabkan sedikit wabah di Asia.

Hingga saat ini belum ada pengobatan atau vaksin yang tersedia untuk infeksi virus nipah pada manusia maupun hewan.

Baca terus artikel ini untuk mengenal lebih lanjut tentang virus nipah yang bisa memberi dampak fatal pada manusia.

Baca juga: Kenali Apa itu Virus Nipah, Asal-usul, Gejala, dan Penularannya

Apa virus nipah itu?

Virus nipah (NiV) merupakan virus zoonosis (ditularkan dari hewan ke manusia).

Kelelawar buah dari famili Pteropodidae merupakan inang alami virus nipah.

Pada orang yang terinfeksi, penyakit ini menyebabkan berbagai masalah kesehatan mulai dari infeksi tanpa gejala (subklinis) hingga penyakit pernapasan akut dan radang otak (ensefalitis) yang fatal.

Virus ini juga dapat menyebabkan penyakit parah pada hewan seperti babi, sehingga menimbulkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi para peternak.

Virus nipah hanya menyebabkan sedikit wabah di Asia, tetapi virus ini menginfeksi banyak hewan dan menyebabkan penyakit parah serta kematian pada manusia, sehingga menjadi masalah kesehatan masyarakat.

Baca juga: Meski Kasus Virus Nipah di Indonesia Nol, Kemenkes Tingkatkan Waspada

Bagaimana penularan virus nipah?

Dikutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), orang dapat terinfeksi virus nipah dari:

  • Kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi, seperti kelelawar atau babi
  • Mengonsumsi makanan atau minuman, seperti buah atau getah kurma mentah, yang kotor oleh hewan yang terinfeksi
  • Kontak dekat dengan cairan tubuh orang yang terinfeksi

Begitu seseorang terinfeksi Nipah, virusnya dapat menyebar dari orang ke orang.

Menurut WHO, sejak wabah pertama yang terjadi di Malaysia, yang juga melanda Singapura, sebagian besar penularan pada manusia disebabkan oleh kontak langsung dengan babai atau jaringan tubuh mereka yang terkontaminasi.

Namun, penularan virus nipah dari manusia ke manusia di Bangladesh banyak terjadi akibat kontak dengan pasien yang terinfeksi.

Selain Malaysia dan Bangladesh, risiko penularan virus nipah tersebar di wilayah lainnya, termasuk Kamboja, Ghana, Indonesia, Madagaskar, Filipina, dan Thailand.

Baca juga: Rekam Jejak Virus Nipah di Indonesia dan Potensi Penularannya

Apa saja gejala yang ditimbulkan virus nipah?

Infeksi virus nipah terkadang tidak menimbulkan gejala. Jika gejala muncul, itu bisa ringan hingga berat.

Masa inkubasi (interval dari infeksi hingga timbulnya gejala) diyakini berkisar antara 4 hingga 14 hari. Namun, beberapa kasus ada yang menunjukkan masa inkubasi selama 45 hari.

Gejala virus nipah pada tahap awal bisa meliputi:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot (mialgia)
  • Muntah
  • Sakit tenggorokan

Baca juga: Virus Nipah Mewabah di India, Kenali Gejala dan Bahayanya

Hal ini dapat diikuti dengan pusing, mengantuk, perubahan kesadaran, dan tanda-tanda neurologis yang mengindikasikan ensefalitis akut.

Beberapa orang juga dapat mengalami pneumonia atipikal dan masalah pernafasan yang parah, termasuk gangguan pernafasan akut.

Pada kasus yang parah, penderitanya bisa mengalami ensefalitis dan kejang. Orang dengan gejala ini bisa mengalami koma dalam waktu 24-48 jam.

Jika kondisinya tidak tertolong, bisa mengakibatkan kematian.

Menurut WHO, angka kematian kasus infeksi virus nipah mencapai 40-75 persen. Angka kematian akibat virus nipah di suatu wilayah bergantung pada seberapa baik pejabat kesehatan dapat menangani wabah.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com