Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Konsumsi Gula Berlebihan pada Anak Bersifat Kronis

Kompas.com - 01/08/2024, 10:30 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Anak yang terbiasa mengonsumsi gula berlebihan berisiko tinggi mengalami berbagai gangguan kesehatan kronis.

Merujuk Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak di bawah usia 1 tahun sebaiknya diberikan gula sedikit mungkin.

Menurut rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP), batasan konsumsi gula tambahan untuk anak usia 2 tahun ke atas adalah kurang dari 25 gram atau sekitar 6 sendok teh per anak per hari.

Baca juga: Berapa Batas Konsumsi Gula untuk Anak? Ini Penjelasannya...

AAP menyarankan, anak-anak di bawah usia 2 tahun sebisa mungkin dihindarkan dari konsumsi makanan dan minuman dengan tambahan gula.

Sekarang ini, banyak makanan dan minuman yang tinggi gula. Gula tidak hanya dalam bentuk gula pasir (rafinasi), tetapi bisa dalam bentuk sirup jagung fruktosa tinggi, dekstrosa, fruktosa, jus buah, dan madu.

Baca terus artikel ini untuk mempelajari lebih lanjut berbagai efek samping konsumsi gula berlebihan pada anak.

Baca juga: Apakah Anda Mengalami Gula Darah Rendah? Ini Ciri-cirinya...

Apa saja dampak konsumsi gula berlebihan pada anak?

Anak-anak yang konsumsi gula lebih dari batasan yang dianjurkan di atas berisiko mengalami kondisi berikut:

  • Obesitas

Mengutip Patient, salah satu efek samping konsumsi gula berlebihan pada anak-anak yang mudah terlihat adalah kenaikan berat badan dan obesitas.

Reema Patel, ahli gizi anak di Dietitian Fit & Co, menjelaskan bahwa makanan yang mengandung terlalu banyak gula, seperti biskuit atau permen, dapat mengakibatkan kenaikan berat badan yang tidak sehat karena mengandung banyak kalori.

Makanan yang mengandung banyak gula hanya sedikit mengandung nutrisi lain, meski tinggi kalori. Sehingga, jenis makanan ini sering disebut kalori kosong.

Peningkatan asupan kalori anak, jika tidak digunakan sebagai energi, bisa disimpan sebagai lemak tertentu dalam tubuh anak-anak.
Ini menjadikan anak obesitas, yang merupakan biang kerok dari beragam penyakit kronis.

Gula juga memengaruhi hormon yang terkait dengan nafsu makan dan rasa kenyang. Mengonsumsi gula terlalu banyak dapat meningkatkan kadar hormon ghrelin (memicu rasa lapar) pada anak, sekaligus menurunkan kadar hormon peptida (penekan nafsu makan).

Selain itu, gula memiliki sifat adiktif, yang bisa membuat anak menginginkannya terus-menerus setelah sekali mencoba.

Sehingga, pola makan yang mengandung gula berlebih bisa membuat anak terus-menerus merasa lapar dan makanan yang diinginkannya adalah makanan manis.

Baca juga: Siapa yang Berisiko Mengalami Gula Darah Tinggi? Ini Penjelasannya...

  • Kerusakan gigi

Patel mengatakan, konsumsi gula yang tinggi meningkatkan risiko gigi berlubang, yang merupakan alasan utama anak-anak dirawat di rumah sakit.

Sebuah survei oleh Public Health England menemukan tidak sedikit anak-anak berusia 5 tahun mengalami gigi berlubang.

Kerusakan gigi dapat menyakitkan dan menyusahkan bagi anak-anak. Gigi yang rusak dapat memicu infeksi serta masalah lainnya.

Kebersihan mulut yang buruk dapat memengaruhi gigi mereka di masa dewasa. Hal ini karena gigi anak-anak, yang juga dikenal sebagai gigi susu, berfungsi sebagai pengganti gigi dewasa mereka.

  • Kekurangan gizi

Anak-anak memerlukan pola makan yang penuh dengan nutrisi penting agar mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, termasuk zat besi, kalsium, vitamin C, kalium, dan vitamin serta mineral lainnya.

Mereka juga memerlukan banyak protein dan serat, yang ditemukan dalam buah, sayuran, dan biji-bijian utuh.

Namun, banyak anak yang kekurangan nutrisi penting ini karena mereka mengonsumsi makanan tidak sehat yang mengandung banyak gula.

Petel mengatakan, terlalu banyak gula dapat memengaruhi nutrisi yang diterima anak saat mereka tumbuh dan berkembang.

Oleh karena itu, mereka mungkin berisiko mengalami kekurangan gizi, yang dapat memengaruhi kondisi kesehatan mereka di kemudian hari.

Baca juga: 10 Makanan yang Baik dan Buruk Saat Gula Darah Tinggi

  • Gangguan perkembangan otak

Semakin banyak penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak gula juga dapat memengaruhi perkembangan otak anak.

Glukosa (jenis gula) adalah sumber energi otak, yang membutuhkan jumlah yang tepat untuk dapat menjalankan fungsi kognitif, seperti berpikir, belajar, dan mengingat.

Jika anak-anak dibiasakan mengonsumsi terlalu banyak gula, justru fungsi otak mereka bisa mengalami gangguan.

Mengonsumsi banyak gula juga dikaitkan dengan risiko depresi dan kecemasan yang lebih tinggi.

  • Gangguan tidur

Pola makan yang mengandung banyak gula juga mengganggu kualitas tidur anak, yang dapat memengaruhi kemampuan anak untuk berpikir dan belajar.

Hal ini dikarenakan tidur sangat penting bagi perkembangan anak, karena berhubungan dengan perhatian, ingatan, dan pengendalian hambatan.

Patel menjelaskan, jika seorang anak mengonsumsi terlalu banyak gula, kualitas tidurnya dipengaruhi secara negatif, yang dapat mengganggu pembelajaran dan perilaku di sekolah.

Demikianlah sejumlah dampak buruk yang bisa terjadi, jika anak sudah kebiasaan konsumsi gula berlebihan.

Baca juga: Manfaat Karbohidrat Kompleks Terhadap Kadar Gula Darah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau