KOMPAS.com - Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia Dr. dr. Luciana Sutanto MS, Sp.GK mengingatkan ada bahaya kesehatan, jika konsumsi minuman manis setiap hari.
"Konsumsi terus-menerus minuman berpemanis dapat menyebabkan peningkatan asupan kalori, sehingga meninggkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik," kata Luciana seperti yang dikutip dari Antara pada Jumat (9/8/2024).
Luciana menjelaskan bahwa konsumsi minuman berpemanis, baik dalam kemasan atau tidak, sama-sama memiliki risiko obesitas dan penyakit metabolik.
Baca juga: 10 Efek Samping Minum Minuman Manis, Meliputi Kecanduan dan Diabetes
Penyakit metabolik sebagai efek samping minum minuman manis tersebut, meliputi diabetes melitus, trigliserida meningkat, asam urat meningkat, hipertensi, dan gangguan kesehatan lain.
Khusus bagi anak-anak, ia menekankan pentingnya edukasi bagi orang tua dan murid mengenai makan sehat, sehingga tidak mengonsumsi minuman manis secara berlebihan.
"Idealnya, pengetahuan makan sehat berdasarkan Pola Makan Gizi Seimbang sesuai dengan anjuran Pemerintah atau Kemenkes diajarkan di sekolah sejak awal dan masyarakat pada umumnya," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa ada sekitar 13 persen populasi Indonesia atau sekitar 35,8 juta orang mengalami penyakit gula.
Baca juga: Apa yang Membuat Minuman Berenergi Berbahaya bagi Kesehatan?
Jika penyakit tidak ditangani secara berkelanjutan, risiko kesehatan semakin parah.
"Itu dialisis, kalau enggak dilakukan penanganan tiap hari, itu bisa jadi penyakit kronis," kata Budi.
Ia mengatakan, salah satu indikasi paling mudah untuk mengetahui gula darah tinggi adalah dengan mengukur lingkar pinggang atau celana jeans.
"Ukuran paling gampang, lihat ukuran celana jeans, kalau di atas 34, kemungkinan gulanya banyak," ucapnya.
Oleh karena itu, dia berharap masyarakat, terutama anak-anak, harus mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula sebagai pencegahan timbulnya penyakit kronis.
Baca juga: 8 Minuman Terburuk bagi Kesehatan, Meliputi Soda dan Jus Buah
"Anak-anak sekarang minumnya gula semua. Itu yang harus dikurangi. Kembali ke tanpa gula," ujarnya.
Banyaknya konsumsi gula dari makanan dan minuman manis, lanjut Budi, berkaitan dengan kasus anak yang harus menjalani cuci darah akibat gagal ginjal.
Risiko kesehatan tersebut berpotensi semakin meluas dengan adanya tren makanan dan minuman manis saat ini, yang semakin membuat anak-anak terbiasa mengonsumsi gula dengan jumlah banyak.
"Banyak anak sekarang dikasih minum dan makan dengan gula tinggi. Jadi, (anak-anak) Indonesia suka gula. Padahal, gula itu penyebab segala macam penyakit. Mulai dari ginjal, hati, stroke, jantung, itu penyebabnya gula," ujar Budi.
Baca juga: Berapa Banyak Minum Minuman Manis Bisa Berbahaya? Ini Ulasannya...
Ia menghimbau untuk masyarakat semakin memperhatikan jumlah gula yang dikonsumsi dalam sehari dan menguranginya hingga sesuai batas aman yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan RI.
Peraturan Pemerintah (PP) 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan dikeluarkan sebagai upaya untuk mengurangi konsumsi makanan dan minuman terkait kandungan gula, garam, lemak (GGL) yang berlebihan di masyarakat.
Penting diketahui bahwa Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mencatat ada sebanyak 60 anak menjalani terapi cuci darah akibat gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Di media sosial juga beredar video banyak anak-anak hingga yang berusia remaja menjalani cuci darah akibat menderita gagal ginjal. Penyebab yang umum diketahui karena minuman berpemanis dalam kemasan secara berlebihan.
Baca juga: Apa yang Terjadi jika Minum Minuman Manis Setiap Hari?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.