Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenali Retina Mata Robek yang Sangat Berbahaya

Kompas.com - 15/08/2024, 05:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Retina mata robek merupakan gangguan penglihatan serius yang bisa mengakibatkan kebutaan.

Dokter Spesialis Mata Dr. Maria Magdalena Purba, SpM menjelaskan bahwa retina adalah lapisan jaringan saraf yang peka cahaya, dan berfungsi untuk mengirimkan sinyak ke otak dan diproses sebagai gambar yang dilihat oleh mata.

"Retina sangat tipis dan robekan di dalamnya adalah masalah yang sangat serius," kata Maria dalam rilisnya pada Selasa (13/8/2024).

Baca juga: Kenali Apa itu Ablasio Retina dan Pencegahannya

Ia menjelaskan bahwa retina mata robek terjadi akibat penyusutan jaringan vitreous, cairan yang mengisi rongga bola mata.

"Hal ini dapat menyebabkan lapisan retina di belakang bola mata tertarik hingga terjadi retina mata robek, apabila tarikan yang terjadi cukup besar," ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa vitreous biasanya bergerak di sekitar retina tanpa menimbulkan masalah.

Namun, pada orang yang memiliki vitreous yang lebih lengket, retina mata robek lebih mungkin terjadi.

Baca juga: Kelainan pada Retina Mata Penyebab Gangguan Penglihatan

"Karena vitreous terpisah dari retina, ia menarik secara tidak normal dan menyebabkan retina robek. Ketika itu terjadi, cairan dapat melewati robekan dan mengangkat (melepaskan) retina," terangnya.

Terkadang, kondisi ini dapat mengakibatkan darah bocor ke vitreous (perdarahan vitreous), yang mana menyebabkan sejumlah besar floaters.

"Floaters adalah gangguan pada penglihatan Anda yang menyerupai benda kecil seperti titik hitam, garis, ada bayangan yang seakan mengambang saat melihat suatu objek," jelasnya.

Retina mata robek sering mengakibatkan kondisi yang lebih serius, sehingga dapat terjadi retina mata lepas atau disebut sebagai ablasio retina.

Baca juga: Inovasi Baru Cegah Kebutaan karena Kerusakan Retina

"Retina mata robek harus segera diobati untuk menghindari masalah penglihatan lebih lanjut, atau dalam kasus tertentu dapat menyebabkan kebutaan," ungkapnya.

Ia mengatakan, dokter mata umumnya Anda akan memberikan obat tetes mata untuk melebarkan pupil. Kemudian, akan dilihat melalui lensa khusus untuk melihat perubahan di dalam mata.

"Ini adalah cara terbaik untuk melihat apakah Anda mengalami robekan retina atau ablasi retina dini," ucapnya.

Baca juga: Oklusi Arteri Retina

Faktor risiko retina mata robek

Maria mengatakan bahwa tidak ada cara untuk memprediksi siapa yang mungkin mengalami robekan retina atau kapan hal itu dapat terjadi.

"Namun, Anda dapat lebih waspada ketika memahami faktor-faktor risiko yang memungkinkan retina mata robek," ucapnya.

Berikut beberapa faktor risiko retina mata robek yang dipaparkan oleh Maria:

  • Memiliki miopia (rabun jauh) dengan derajat tinggi
  • Pernah mengalami katarak, glaukoma, atau operasi mata lain sebelumnya
  • Mengonsumsi obat glaukoma yang membuat pupil kecil
  • Pernah mengalami cedera atau trauma mata yang serius
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat ablasio retina
  • Memiliki area yang lemah di retina (yang mungkin dilihat oleh dokter mata selama pemeriksaan)
  • Proses penuaan pada usia lanjut

Baca juga: Oklusi Vena Retina

"Umumnya, seiring bertambahnya usia jaringan vitreous di mata juga mulai menyusut dan menipis," ucapnya.

Jika Anda mengalami retina mata robek, ia menjelaskan bahwa gejala umum yang bisa muncul adalah sensasi kilatan cahaya di mata dan floaters.

"Retina mata robek dapat disembuhkan, dan semakin dini retina mata robek ditangani dengan tepat, semakin mencegah risiko memburuknya penglihatan atau bahkan resiko kebutaan," ungkapnya.

Baca juga: Penyakit Retina

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau