KOMPAS.com - Oklusi vena retina adalah masalah sumbatan pada pembuluh vena yang mengalirkan darah dari retina ke jantung.
Sumbatan pada vena retina dapat membuat retina kurang dapat menyaring cahaya, sehingga memengaruhi penglihatan pengidapnya.
Oklusi vena retina juga dikenal dengan istilah stroke pada mata.
Baca juga: Penyakit Retina
Oklusi vena retina terjadi ketika gumpalan darah menyumbat vena. Terkadang hal ini terjadi karena pembuluh darah mata terlalu sempit.
Faktor risiko oklusi vena retina meliputi:
Pengidapnya mungkin tidak selalu paham jika mengalami oklusi vena retina.
Hampir selalu, oklusi vena retina terjadi hanya pada satu mata. Gejala juga terkadang tidak muncul pada penyumbatan di pembuluh darah yang lebih kecil.
Namun, biasanya oklusi vena retina mengakibatkan:
Diagnosis oklusi vena retina dimungkinkan menggunakan tes berikut:
Baca juga: Ablasi Retina
Sayangnya, hingga kini tidak ada cara pasti untuk membuka blokir pembuluh darah retina.
Namun, dokter dapat mengobati masalah kesehatan yang terkait dengan oklusi vena retina.
Beberapa perawatan untuk oklusi vena retina meliputi:
Temui dokter segera jika memiliki masalah pada penglihatan atau gejala oklusi vena retina.
Kunjungan rutin disarankan untuk memantau perkembangan penyakit jika telah didiagnosis mengidap penyakit ini.
Oklusi vena retina dapat menyebabkan kompliksi seperti:
Baca juga: Kenali Macam Penyebab Iritasi Mata yang Perlu Dihindari
Oklusi vena retina adalah tanda penyakit pembuluh darah (vaskular) umum.
Tindakan yang digunakan untuk mencegah penyakit pembuluh darah lainnya dapat menurunkan risiko oklusi vena retina.
Langkah-langkah pencegahannya meliputi:
Aspirin atau pengencer darah lainnya dapat membantu mencegah penyumbatan di mata lainnya.
Mengontrol diabetes juga dapat membantu mencegah oklusi vena retina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.