Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak-anak Paling Menderita Jika Tertular Mpox

Kompas.com - 30/08/2024, 16:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Sumber BBC

KOMPAS.com - Anak-anak di bagian timur negara Republik Demokratik Kongo merasakan akibat paling berat dari wabah mpox yang saat ini melanda negara tersebut. Kematian akibat penyakit yang dulu disebut cacar monyet ini di negara tersebut sudah lebih dari 450.

"Awalnya hanya bintik merah kecil dan meradang. Ibunya memencet bintik itu dan keluar cairan. Lalu muncul bintik lain dan tak berselang lama bintik-bintik merah itu ada di seluruh tubuh," kata Alain Matabaro yang menceritakan bagaimana mpox menginfeksi putranya Amani yang berusia 6 tahun.

Amani mulai sembuh setelah empat hari dirawat di sebuah klinik di Munigi, dekat kota besar Goma di Kongo Timur.

Menurut Dr.Pierre-Olivier Ngadjole, hampir 75 persen kasus yang ditangani adalah pasien berusia di bawah 10 tahun.

Anak-anak merupakan kelompok yang mengalami dampak paling buruk dari wabah mpox karena daya tahan tubuh mereka belum kuat.

Baca juga: Cegah Mpox di Indonesia, Kemenkes Berlakukan SatuSehat Health Pass

Menular lewat kontak erat

Di Kongo, virus mpox menyebar di desa-desa, kota, hingga tenda-tenda pengungsian yang penuh sesak oleh para pengungsi yang meninggalkan rumahnya karena konflik yang terjadi di wilayah itu. 

Ngadjole juga menyesalkan tingkat kepadatan di kamp terdekat yang didirikan untuk para pengungsi akibat konflik di wilayah tersebut.

Salah satu cara penyebaran mpox adalah lewat kontak yang sangat dekat dan anak-anak yang biasanya selalu bermain berkelompok dan tak mengerti pentingnya menjaga jarak.

"Anda juga dapat melihat di rumah-rumah, mereka bahkan tidur di ranjang yang sama. Anda dapat menemukan tiga, empat, lima anak. Penularan terjadi setiap hari," katanya kepada BBC.

Mpox juga bisa menular melalui bahan yang terkontaminasi, atau dengan hewan yang terinfeksi. Selama kehamilan, virus dapat ditularkan ke janin, atau ke bayi baru lahir selama atau setelah kelahiran.

Sejak Juni, klinik di Munigi telah menangani 310 kasus mpox. Di klnik ini pasien mendapat pengobatan gratis termasuk antibiotik untuk mengobati infeksi kulit, parasetamol, dan air bersih. Saat ini ada 5-10 pasien baru yang masuk setiap harinya.

Baca juga: 10 Tindakan Pencegahan Mpox Virus, Ada Cuci Tangan dan Pakai Masker

Tidak ada korban meninggal karena mpox saat ini di sana dan dr.Ngadjole meyakini hal itu karena pasien mendapat pengobatan lebih cepat.

"Sangat penting untuk menyediakan layanan kesehatan gratis dalam hal ini, sehingga pasien tidak terhambat soal uang dan bisa cepat mendapat pengobatan," kat dokter yang bekerja untuk yayasan amal Medair.

Kondisi berbeda terjadi sekitar 80 km di bagian barat daya Munigi, di sebuah rumah sakit di Kavumu. Sejak Juni tercatat ada 800 pasien akibat mpox dan 8 kematian, di mana seluruhnya adalah pasien berusia di bawah lima tahun.

Bocah berusia dua tahun Ansima Kanigo tertular mpox dari salah satu kakaknya. Keempat kakaknya juga menderita penyakit ini.

Sang ibu, Nzigire Kanigo (35) tidak ingat bagaimana awalnya anaknya bisa tertular.

"Ini pertama kalinya saya melihat yang seperti ini. Saat anak saya mulai sakit, tetangga mengatakan mungkin itu cacar, tapi setelah diobati tidak sembuh juga sehingga saya datang ke sini," ujarnya.

Ia merasa bersyukur karena setelah diobati ketiga anaknya sudah sembuh dan boleh pulang, namun kedua anaknya yang lain masih dirawat.

Salah satu dokter rumah sakit, Robert Musole mengatakan, wabah ini tidak boleh diremehkan, apalagi banyak fasilitas kesehatan yang kewalahan merawat pasien.

Baca juga: Kemenkes: Vaksin Mpox Diberikan untuk Kelompok Berisiko

Kondisi di Kongo diperparah dengan banyaknya tempat pengungsian dari warga yang meninggalkan kampung halamannya karena pemberontakan. Selain tenda yang sempit, sanitasi di tempat itu juga buruk sehingga penularan mpox gampang meluas.

Wabah yang melanda wilayah timur Kongo itu merupakan varian mpox baru yang disebut Clade 1b dan kini mulai menyebar ke negara lain.

Minggu lalu, pemerintah Kongo mengatakan pihaknya berharap vaksin akan segera tiba dari Amerika Serikat dan Jepang. Hingga saat itu, negara tersebut belum memiliki vaksin apa pun meskipun menjadi pusat penyebaran virus.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau