Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/09/2021, 12:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rasa panas di perut atau dispepsia merupakan gejala umum dari masalah pencernaan yang mengganggu.

Sensasi terbakar di perut biasanya hanya salah satu gejala dari kondisi yang mendasarinya, seperti intoleransi terhadap makanan tertentu.

Siapa pun yang secara konstan mengalami panas pada perut dan gejala serupa harus memeriksakan diri ke dokter.

Baca juga: 6 Penyebab Perut Terasa Tak Nyaman yang Bisa Terjadi

Penting juga untuk memahami penyebab rasa panas di perut sehingga dapat menerima pengobatan yang efektif.

Penyebab

Perasaan panas pada perut bisa sangat mengganggu. Rasa sakit dapat memburuk setelah makan atau ketika stres.

Orang cenderung merasa mulas bersamaan dengan rasa panas atau terbakar di perut.

Mulas terjadi ketika sensasi terbakar muncul dari perut dan ke dada.

Melansir Medical news today, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rasa panas di perut, yakni:

  • Gangguan pencernaan
  • Reaksi terhadap makanan tertentu
  • Dispepsia fungsional
  • GERD
  • Infeksi perut
  • Tukak lambung
  • Sindrom iritasi usus (IBS)
  • Obat-obatan, seperti aspirin, ibuprofen, naproxen, dan lainnya yang memengaruhi sistem gastrointestinal
  • Kanker perut

Baca juga: Bolehkah Minum Kopi di Pagi Hari saat Perut Kosong?

Gejala

Selain perut yang terasa panas, gejala dispepsia yang umum terjadi antara lain:

  • Kembung
  • Bersendawa
  • Maag
  • Kehilangan selera makan
  • Mual dan muntah

Gejala dapat konsisten, sesekali, atau hanya terasa saat setelah makan.

Diagnosis

Tes darah, napas, dan tinja umumnya digunakan dokter untuk mendeteksi antibodi H. pylori yang dapat menyebabkan gastritis dan tukak lambung.

Dokter juga dapat merekomendasikan rontgen usus kecil serta perut dan endoskopi saluran cerna bagian atas.

Selain itu, Anda perlu segera mencari bantuan medis jika mengalami sakit perut yang membakar bersama dengan gejala serius lainnya, antara lain:

  • Tinja berwarna hitam, berdarah, atau lembek
  • Sakit perut parah
  • Kesulitan menelan atau bernapas
  • Muntah parah atau muntah darah
  • Merasakan berat di daerah perut
  • Penurunan berat badan yang tiba-tiba dan signifikan
  • Demam yang menyertai sakit perut
  • Bengkak di perut
  • Menguningnya mata atau kulit
  • Rasa sakit yang mengganggu tidur

Baca juga: 12 Penyebab Perut Terasa Panas yang Perlu Diwaspadai

Perawatan

Pengobatan rasa panas di perut tergantung pada penyebabnya.

Mengurangi penggunaan obat anti-inflamasi atau meminum jenis obat lain dapat membantu meredakan rasa sakit terbakar yang disebabkan oleh terlalu banyak mengonsumsi anti-inflamasi.

Jika menderita gastritis atau GERD, gunakan antasida yang bisa menetralkan asam di perut.

Dokter terkadang meresepkan antibiotik dan penghambat pompa proton jika antibodi H. pylori menyebabkan gastritis atau tukak lambung.

Inhibitor pompa proton juga dapat membantu jika maag tidak disebabkan oleh antibodi H. pylori.

Pencegahan

Merangkum Healthline, tips berikut dapat dicoba untuk mencegah rasa panas di perut:

  • Berhenti merokok
  • Menghindari atau membatasi konsumsi alkohol
  • Mengurangi tingkat stres
  • Menghindari makanan yang mengiritasi perut
  • Jangan makan tepat sebelum tidur jika memiliki refluks asam
  • Meninggikan kepala saat tidur untuk mengurangi gejala malam hari
  • Jangan buru-buru saat mengunyah makanan
  • Menghindari obat-obatan yang memperburuk gejala
  • Makan dalam porsi kecil dan lebih sering
  • Menjaga berat badan yang sehat

Baca juga: 21 Penyebab Sakit Perut Setelah Makan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com