Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/10/2021, 13:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Serangan iskemik transien (TIA) adalah periode gejala sementara yang mirip dengan stroke. Kondisi ini juga sering dikenal dengan istilah stroke ringan.

Kondisi ini biasanya berlangsung beberapa menit dan tidak menyebabkan kerusakan permanen.

TIA juga seringkali disebut juga dengan stroke mini dan dianggap sebagai peringatan.

Sekitar 1 dari 3 orang dengan serangan iskemik transien pada akhirnya lebih rentan mengalami stroke.

Baca juga: Jangan Anggap Remeh, Stroke Ringan Bisa Merusak Otak

Setidaknya, dalam kurun waktu sekitar satu tahun setelah serangan iskemik transien terjadi.

Gejala

Hanya berlangsung beberapa menit, gejala dan tanda akibat serangan iskemik transien dalam hilang dalam kurun waktu satu jam.

Dalam beberapa kasus jarang, gejala dapat bertahan hingga 24 jam.

Gejala yang muncul pada serangan ini dapat meliputi:

  • kelemahan, mati rasa atau kelumpuhan di wajah, lengan, atau kaki, pada satu sisi
  • bicara cadel atau kacau, juga kesulitan memahami orang lain
  • kebutaan pada satu atau kedua mata
  • pengelihatan ganda
  • vertigo, kehilangan keseimbangan, atau gangguan koordinasi

Penyebab

Saat serangan terjadi, pembuluh darah yang memasok otak dengan darah kayak oksigen menjadi tersumbat.

Penyumbatan ini biasanya diakibatkan oleh gumpalah darah yang terbentuk di tempat lain pada tubuh dan mengalir ke pembuluh darah yang menuju otak.

Namun, penyumbatan juga dapat disebabkan oleh potongan bahan lemak atau gelembung udara.

Hal-hal tertentu yang meningkatkan risiko seseorang mengalami TIA, yaitu:

Baca juga: Gejala Stroke Ringan itu Seperti Apa?

  • merokok
  • tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • kegemukan
  • kadar kolesterol tinggi
  • minum alkohol dalam jumlah berlebihan secara teratur
  • memiliki detak jantung yang tidak teratur (fibrilasi atrium)
  • menderita diabetes

Orang berusia di atas 55 tahun dan merupakan keturunan Asia, Afrika, atau Karibia juga berisiko lebih tinggi mengalami TIA.

Diagnosis

Jika mengalami gejala seperti stroke, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan ke rumah sakit agar dapat memastikan jika seseorang benar menderita serangan transien iskemik.

Dokter akan melakukan asesmen dan melakukan pemeriksaan fisik.

Tes lain yang mungkin dilakukan oleh dokter, yaitu:

  • USG karotis. Digunakan untuk melihat gambar detail bagian dalam arteri karotis di dalam leher. Tes ini juga dapat menunjukkan penumpukan timbunan lemak (plak) dan aliran darah pada arteri karotis.
  • CT Scan. Digunakan agar dokter dapat melihat gambaran pendarahan di otak, stroke, tumor, ataupun kondisi lainnya.
  • MRI. Penggunaan gelombang radio dan magnet untuk menunjukkan visualisasi bagian tubuh secara mendetail dan mendeteksi pembuluh darah yang rusak.
  • Ekokardiogram. Pemeriksaan ini dapat menemukan sumber gumpalan di jantung yang mungkin telah berpindah ke otak dan menyebabkan stroke.
  • Arteriografi. Lebih jarang digunakan, tes yang digunakan dokter dengan cara memasukkan tabung tipis dan fleksibel (kateter) melalui sayatan kecil di selangkangan. Kateter kemudian akan diarahkan ke arteri karotis atau vertebral untuk memberikan gambaran rinci arteri di otak dan leher.

Baca juga: Stroke Ringan Bisa Sembuh Total, Tapi Kenapa Tak Boleh Diabaikan?

Perawatan

Meskipun hanya berlangsung selama beberapa jam, dibutuhkan perawatan untuk mencegah serangan transien iskemik lain atau stroke penuh di masa mendatang.

Dokter mungkin akan memberi saran perihal perubahan gaya hidup dan meresepkan obat untuk mengobati penyebab TIA.

Dalam beberapa kasus, dibutuhkan operasi yang disebut endarterektomi karotis.

Prosedur tersebut melibatkan pembukaan arteri yang terhambat agar aliran darah ke otak kembali seperti semula.

Pencegahan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya TIA berulang atau stroke penuh, yaitu:

  • menjaga berat badan sehat
  • makan makanan sehat dan bergizi seimbang
  • melakukan olahraga teratur
  • membatasi alkohol dan tidak merokok
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com