KOMPAS.com - Tangan merupakan bagian tubuh yang berfungsi untuk melakukan aktivitas sehari-hari, seperti menulis, makan, memegang barang, dan sebagainya.
Normalnya, manusia memiliki lima jari pada masing-masing tangan, dengan bentuk dan panjang yang beragam.
Sebagai organ yang digunakan untuk beraktivitas sehari-hari, tangan rentan terkena luka, cedera atau benturan yang dapat menyebabkan perubahan bentuk jari-jari tangan.
Cedera atau benturan dapat menyebabkan jari tangan mengalami pembengkakan atau peradangan, bahkan menjadi bengkok.
Baca juga: 8 Cara Alami Menghilangkan Kapalan di Telapak Kaki dan Jari Tangan
Selain karena cedera atau trauma, jari bengkok juga dapat terjadi akibat masalah kesehatan tertentu.
Merangkum Healthline dan Cleveland Clinic, jari bengkok dapat disebabkan oleh kelainan bawaan dan penyakit.
Kelainan tangan bawaan merupakan variasi dalam pembentukan tangan normal yang terjadi pada masa perkembangan janin dalam kandungan.
Salah satu kelainan tangan bawaan yang menyebabkan seseorang memiliki jari tangan bengkok adalah clinodactyly.
Clinodactyly adalah kondisi bawaan yang menyebabkan anak memiliki jari yang melengkung sehingga tumpang tindih dengan jari lainnya.
Jari yang melengkung atau bengkok biasanya dapat berfungsi dengan baik dan tidak terasa sakit.
Penyakit ini jarang terjadi, tetapi sekitar 25 persen anak-anak dengan down syndrome mengalami kondisi ini.
Selain karena kondisi bawaan, jari tangan bengkok juga dapat terjadi karena peradangan pada tendon yang melenturkan jari-jari tangan atau yang disebut trigger finger.
Baca juga: Terasa Melegakan, Adakah Bahaya Meretakkan Jari?
Tendon merupakan jaringan tebal yang berfungsi untuk menempelkan otot ke beberapa tulang kecil pada jari-jari tangan.
Ketika otot mengencang maka tendon akan menarik tulang untuk menggerakkan jari-jari melalui selubung tendon.
Jika selubung tersebut menyempit akan menyebabkan tendon tidak dapat bergerak dengan mudah sehingga mengalami iritasi atau peradangan.
Akhirnya, jari sulit digerakkan dan menyebabkan jari tetap dalam posisi bengkok karena sulit untuk diluruskan kembali.
Terdapat beberapa kondisi medis yang menyebabkan seseorang lebih berisiko mengalami trigger finger, di antaranya:
Seseorang yang melakukan aktivitas berulang, seperti musisi dan petani juga berisiko terkena trigger finger.
Jika jari bengkok menekuk ke dalam, dapat menjadi gejala dari penyakit kontraktur Dupuytren.
Kontraktur Dupuytren terjadi akibat adanya penebalan jaringan di bawah kulit telapak tangan yang terus menebal sehingga otot-otot di sekitarnya sulit bergerak.
Jari-jari tangan yang mengalami kontraktur Dupuytren menjadi sulit digerakkan, bahkan menjadi bengkok.
Baca juga: 6 Penyebab Nyeri dan Pembengkakan Tiba-tiba di Sendi Jari
Melansir Healthline, jari bengkok atau trigger finger dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik.
Dokter akan melihat bagaimana rentang gerak tangan dan merangsang pasien untuk menggerakkan atau meluruskan jari.
Jika dicurigai menderita clinodactyly, dokter mungkin akan melakukan pemindaian sinar X untuk memastikan diagnosis.
Jika hasil pemindaian menunjukkan tulang berbentuk C pada jari yang bengkok maka penderita mengidap clinodactyly.
Perawatan jari bengkok disesuaikan dengan tingkat keparahan gejala dan penyakit yang menyertai, dan fokus untuk meningkatkan gerakan dan fungsi jari.
Jika jari bengkok disebabkan karena tingginya asam urat maka dokter akan memberikan obat penurun asam urat dan antiradang untuk meredakan nyeri dan bengkak.
Sedangkan pada kasus yang ringan, dokter akan memberikan terapi atau cara untuk meluruskan jari tangan yang bengkok.
Mengutip NHS, berikut beberapa perawatan medis yang dilakukan untuk mengatasi trigger finger:
Baca juga: 6 Gejala Arthritis di Buku-buku Jari dan Cara Mengatasinya
Terdapat beberapa perawatan yang dapat dilakukan secara mandiri untuk mengatasi trigger finger atau jari bengkok, di antaranya:
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mengalami jari tangan bengkok, di antaranya:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.