Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 29/11/2021, 20:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Konten Sensitif
Divalidasi oleh:
Konten Sensitif

Artikel di bawah topik Konten Sensitif ini membutuhkan login ke sistem Kompas.com guna memastikan konten yang sesuai usia pembaca. Jika Anda memenuhi kriteria usia 18 tahun ke atas, silakan lakukan pendaftaran untuk bisa mengakses konten-konten di bawah ini.

KOMPAS.com - Ejakulasi tertunda mengacu pada kesulitan atau ketidakmampuan seorang pria untuk mencapai orgasme.

Kondisi ini umumnya ditandai dengan kebutuhan waktu atau durasi lebih dari 30 menit dalam menerima rangsangan seksual untuk mencapai orgasme dan ejakulasi.

Kondisi ini dapat mengakibatkan kesulitan bagi Anda dengan pasangan karena memicu kecemasan tentang kesehatan umum, libido rendah, dan ketidakpuasan seksual.

Baca juga: Waspada Ejakulasi Tertunda, Bisa Kurangi Kualitas Bercinta

Penyebab

Ejakulasi merupakan proses keluarnya air mani dari penis.

Melansir Medical News Today, terdapat berbagai faktor dan kondisi yang dapat mendasari terjadinya ejakulasi tertunda, di antaranya:

Penyebab fisik

  • Menurunnya sensitivitas penis terhadap rangsangan seksual akibat bertambahnya usia
  • Efek samping penggunaan obat tertentu seperti antidepresan
  • Mengonsumsi alkohol
  • Menderita kondisi tertentu yang terkait dengan kerusakan saraf, termasuk stroke, cedera tulang belakang,atau diabetes kronis.

Penyebab psikologis

  • Memiliki sejarah atau kehidupan masa lalu yang tidak menyenangkan seperti pelecehan atau pengabaian oleh orang tua
  • Kemarahan yang tidak terekspresikan
  • Keengganan untuk menikmati kesenangan
  • Rasa takut menyakiti atau takut, misalnya, air mani atau alat kelamin wanita, atau entah bagaimana menyakiti atau mengotori pasangan melalui ejakulasi
  • Takut akan kehamilan
  • Kehilangan kepercayaan diri.

Penyebab lainnya

Beberapa jenis perilaku masturbasi juga dapat berperan dalam menyebabkan ejakulasi tertunda, seperti:

Baca juga: Gejala Ejakulasi Tertunda

  • Sering melakukan masturbasi yaitu lebih dari tiga kali seminggu
  • Memiliki gaya masturbasi yang tidak dapat ditandingi oleh hubungan seksual
  • Pasangan seks berbeda dari fantasi yang digunakan selama masturbasi untuk mencapai orgasme.

Diagnosis

Menurut Healthline, diagnosis ejakulasi tertunda dapat dilakukan dengan jenis pemeriksaan sebagai berikut:

  • Pemeriksaan fisik dan diskusi mengenai gejala
  • Tes darah dan urine jika dicurigai adanya kondisi medis tertentu yang mendasari ejakulasi tertunda
  • Uji reaksi penis terhadap untuk vibrator dapat menentukan penyebab psikologis atau fisik yang menyebabkan ejakulasi tertunda.

Perawatan

Pada dasarnya perawatan untuk ejakulasi tertunda tergantung pada penyebabnya yang mendasarinya.

Menurut Medical News Today, berikut jenis perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ejakulasi tertunda, yaitu:

  • Resep obat seperti anti-kecemasan atau obat alergi
  • Rekomendasi untuk berhenti mengonsumsi alkohol
  • Mengganti penggunaan obat tertentu yang memiliki efek samping pada ejakulasi
  • Mengobati kondisi medis yang mendasari ejakulasi tertunda
  • Menerima bantuan konselor profesional
  • Menjalankan terapi untuk membantu Anda dalam mengendalikan tubuh dan perasaan.

Baca juga: Penyebab Ejakulasi Tertunda yang Bisa Kurangi Kepuasan Seksual

Komplikasi

Berdasarkan Healthline, ejakulasi tertunda yang berkelanjutan dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti:

  • Masalah harga diri seperti perasaan tidak mampu, takut gagal,atau frustasi
  • Penurunan kenikmatan seksual
  • Kecemasan tentang seks
  • Ketidakmampuan untuk hamil atau infertilitas pria
  • Libido rendah
  • Stres dan kecemasan
  • Masalah hubungan dengan pasangan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Baca tentang

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau