Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/03/2015, 15:42 WIB

Meski demikian, dia senang karena dia bebas memilih olahraga atau gerak yang dia senangi untuk dilakukan. Imam kemudian mencoba berolahraga 150 menit seminggu yang dibagi dalam tiga hari. Dia mengikuti kompetisi half marathon dan berhasil mendapat medali finisher dengan catatan waktu 2 jam 39 menit. ”Ini luar biasa karena sebelumnya aku enggak pernah ikut maraton. Jangankan yang half marathon, yang 5 km dan 10km saja aku enggak pernah ikut,” kata Imam.

Hasilnya, dalam dua bulan berat tubuhnya turun 9 kg, dari 97 kg menjadi 88 kg.Lingkar perut berkurang 4 cm, dari 100 cm jadi 96 cm. Kini dia memakai celana jins ukuran 34, padahal sebelumnya ia memakai ukuran 38.

Sembuhkan akarnya

Konsultan penurunan berat badan dari Klinik Lighthouse, dr Grace Judio, menuturkan, upaya menurunkan berat badan dengan mengatur asupan kalori dan berolahraga sudah tepat. Sebab, defisit 7.000 kalori akan mengurangi berat badan hingga 1 kg.

Oleh karena itu, tahap awal proses penurunan berat badan dilakukan dengan mengurangi asupan kalori yang masuk ke dalam tubuh. Caranya dengan melakukan perencanaan makanan (meal planning) atau mengatur banyaknya kalori yang masuk ke dalam tubuh. ”Bisa dengan menghafalkan banyaknya kalori pada makanan, membaca buku, atau melihat panduan,” kata Grace, yang juga merupakan konsultan untuk obesitas dan gangguan makan, seperti bulimia dan anoreksia.

Akan tetapi, dikatakan Grace, menurunkan berat badan sama halnya dengan menurunkan demam. Sebagaimana demam yang merupakan gejala suatu penyakit, berat badan pun demikian. ”Berat badan adalah gejala dari sesuatu. Kalau akarnya tidak disembuhkan, bisa kumat lagi,” kata Grace, yang juga melakukan terapi perubahan perilaku pada anak dan orang dewasa.

Kunci untuk menyembuhkan masalah berat badan adalah kontrol diri ketika berhadapan dengan makanan. Meski demikian, Grace mengatakan, solusi bagi upaya penurunan berat badan tidak pernah tunggal.

”Setiap orang juga harus tahu risiko apa yang akan dihadapi dari upaya yang dilakukan. Belum tentu penyakit, tapi risiko seperti misalnya orang yang sudah turun berat badan, berat badannya akan lebih cepat naik,” papar Grace. (KOMPAS/Dwi AS Setianingsih)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com