Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/08/2016, 19:35 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Tak jarang di media sosial kita membaca posting soal orang tua yang hilang. Orang tua yang tak ingat lagi cara pulang ke rumahnya sendiri.

"Sering lupa, mulai pikun sebaiknya jangan diabaikan sejak dini. Gangguan memori ini dapat berubah menjadi dimensia. Sekitar 60 persen gangguan dimensia berkembang menjadi dimensia Alzheimer's," kata ahli saraf Dr. Andreas Harry, SpS(K).

Ketika seseorang sudah menderita Alzheimer's, dokter hanya dapat meresepkan obat yang sifatnya memperlambat progresi penyakit.

"Alzheimer's menyebabkan gangguan memori dan fungsi kognitif yang termasuk di dalamnya fungsi emosi, bahasia, eksekutif. Hal ini membuat penderitanya tak lagi mampu melakukan aktivitas harian seperti mandi, makan, buang air atau memakai baju sendiri," imbuh dokter yang baru saja menghadiri konferensi Alzheimer's Association International di Toronto, Kanada pada 24-28 Juli lalu.

Penyakit ini terjadi ketika terdapat zat bernama beta amiloid yang terlalu pekat dan menggumpal di otak.

"Secara alami kita sesungguhnya juga memiliki protein ini di tubuh. Hanya saja dalam tubuh yang sehat jumlah protein ini tidak terlalu kental dan larut dengan sendirinya di dalam tubuh," paparnya lebih jauh.

Dr Andreas mengatakan, sebenarnya mudah mencegah penyakit yang menyerang mantan Presiden AS Ronald Reagan ini. "Jagalah pola makan. Lakukan pola makan seimbang. Jangan makan lemak hewani berlebihan. Makanlah sumber protein yang sehat dari kedelai atau ikan," katanya.

Ia juga meresepkan rutin berolahraga untuk menyehatkan fungsi saraf di otak. "Riset terbaru menemukan olahraga aerobik 45 menit per hari dan dilakukan empat kali seminggu secara bermakna memperbaiki energi mitokondria (sel yang bertugas memproduksi energi) di seluruh tubuh," ujar Dr Andreas.

Efek olahraga dalam menurunkan kadar protein beta amiloid yang menyebabkan terjadinya Alzheimer's ini pernah diteliti periset dari St Louis, Missouri dan dimuat di jurnal Neurobiology of Disease edisi November 2015.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com