Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Teori untuk Mengungkap Dampak Buruk Film Kekerasan pada Anak-Anak

Kompas.com - 09/03/2020, 14:02 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

Setelah dibagi, kelompok eksperimen diberikan perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.

Baca juga: Hati-hati Orangtua, Marah pada Anak Sebabkan 11 Dampak Fatal

Setengah kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model yang bertindak agresif. Setengahnya lagi diberikan yang tidak agresif.

Desain eksperimen dilakukan dengan cara membawa satu per satu anak dan seorang model dalam sebuah ruangan eksperimen.

Sang anak ditempatkan di sebuah meja kecil dan diberikan permainan yang menarik untuknya di sudut ruangan.

Sementara, model diminta berada di sudut lain ruangan yang telah terdapat beberapa peralatan seperti palu, boneka Bobo dan mainan rakitan.

Subjek dan model dibiarkan berdua dalam ruangan dalam kurun waktu 10 menit.

Pada perlakuan model agresif, model akan merakit mainan selama semenit. Selanjutnya model mulai menunjukkan perilaku agresif seperti meninju, menduduki, membanting, memukul dengan palu, dan menabrak boneka Bobo.

Selain itu model juga mengucapkan ucapan agresif seperti pukul dia di hidung, banting dia, lemparkan ke udara, tendang dia, dan sebagainya. Tindakan tersebut dilakukan model sampai kurun waktu 10 menit berakhir.

Pada perlakuan model nonagresif, model hanya merakit mainan selama 10 menit dan tidak melakukan apapun kepada boneka Bobo.

Setelah perlakuan selesai, anak-anak dibawa ke dalam ruangan bermain yang didesain mirip dengan bangunan sekolahnya.

Subjek dan peneliti bersama-sama berada di ruangan tersebut. Subjek lantas diberi mainan menarik seperti truk, boneka, dan gasing.

Setelah 2 menit, peneliti akan melarang subjek untuk memainkan mainan itu dengan tujuan menimbulkan emosi frustas pada anak. Namun, peneliti memperbolehkan subjek untuk bermain di ruang eksperimen yang berisi boneka Bobo dan palu.

Selanjutnya, selama 20 menit peneliti akan membiarkan subjek bermain di ruang eksperimen dan mencatat perilaku sang anak.

Penelitian tersebut menemukan bahwa anak yang terpapar atau diperlihatkan perilaku agresif dari model, nyatanya memberikan respons tindakan yang agresif pula.

Subjek yang diperlihatkan perilaku agresif akan bertindak lebih agresif dibandingkan dengan subjek yang tidak diperlihatkan.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Sering Marah Bikin Darah Tinggi?

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau