KOMPAS.com – Di Indonesia, santan kerap kali digunakan sebagai bahan campuran untuk membuat berbagai macam makanan ringan hingga berat.
Hasil olahan kelapa ini memang terkenal bagus untuk meningkatkan cita rasa masakan sehingga terasa lebih gurih dan “nendang”.
Santan di antaranya bisa digunakan untuk membuat makanan ringan, seperti puding, roti, dan cookies.
Di suasana bulan Ramadhan ini, santan juga bisa dijadikan bahan campuran untuk membuat es yang segar dan nikmat.
Selain itu, air perahan kelapa yang sudah dikukur ini bisa juga dibuat sebagai bahan campuran untuk memasak sayur dan lauk makanan berat.
Namun perlu diketahui, dalam memasak santan ini ternyata tak boleh dilakukan secara sembarangan karena bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Baca juga: Waspadai Efek Buruk Minum Teh Saat Buka Puasa dan Sahur
Ahli Gizi RS Indriati Solo Baru, Rista Yulianti Mataputun, S.Gz, menjelaskan santan termasuk bahan makanan sumber lemak.
Jadi jika dikonsumsi secara berlebihan, air perahan kelapa ini bukan tidak mungkin lama kelamaan bisa meningkatkan kadar lemak darah dan membuat kegemukan tentunya.
“Konsumsi santan secara berlebih tentu tidak dianjurkan,” kata Rista saat berbincang dengan Kompas.com, Senin (27/4/2020).
1. Tidak dimasak lebih dari 3 menit
Dia menjelaskan santan sebenarnya masuk dalam kategori lemak baik. Santan kelapa mengandung asam lemak dan trigliserida yang mudah dibakar oleh tubuh.
Namun, cara memasak yang salah pada kenyataannya bisa bikin lemak pada santan berubah menjadi lemak jenuh.
Baca juga: 4 Ciri-ciri Kolesterol Tinggi yang Perlu Diwaspadai
Lemak jenis ini diketahui dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) di dalam tubuh, sehingga risiko terjadinya penyumbatan pembuluh darah dan berbagai risiko berbahaya lainnya juga meningkat berlipat ganda.
Salah satu cara memasak santan yang kerap keliru, yakni dimasak terlalu lama hingga mendidih.
Jadi, saran untuk mengolah santan yang baik adalah jangan dipanaskan terlalu lama jika untuk sayur.