Semakin luas kulit yang terpapar, maka kian sedikit energi surya yang dibutuhkan. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah area yang terpapar, berarti risiko juga semakin rendah.
Vitamin D yang cukup bermanfaat dalam memelihara imunitas atau daya kekebalan tubuh seseorang.
dr. Andreas pun menuturkan, berdasar hasil kajian berbagai faktor yang dapat memengaruhi energi sinar UV-B dalam pembentukan vitamin D, maka Perdoski merekomendasikan beberapa hal berikut terkait dengan aktivitas berjemur:
1. Vitamin D bisa diraih juga dari makanan
Berjemur memang dapat membentuk vitamin D. Namun, vitamin D juga bisa diperoleh dari makanan bergizi.
Sebanyak 10 persen kebutuhan vitamin D dapat diperoleh dari makanan bergizi seperti:
2. Vitamin D dapat meningkatkan imunitas tubuh
Imunitas atau kekebalan tubuh yang baik sudah terbukti mampu menangkal infeksi.
3. Berjemur pada pukul 09.00 pagi
Berjemurlah hanya pada sekitar pukul 09.00 pagi.
Sebaiknya, berjemur 5 menit dahulu, kemudian naikkan secara bertahap maksimum 15 menit.
Berjemur pada pukul 10.00-14.00 berisiko membuat kulit terbakar surya serta penurunan imunitas.
Rata-rata kota di Indonesia mempunyai puncak indeks UV pada rentang waktu tersebut.
Intensitas berjemur ini juga cukup hanya dilakukan 2-3 kali seminggu.
4. Dilarang berjemur jika sensitif sinar matahari
Bagi masyarakat yang memiliki kondisi sensitif terhadap sinar matahari, sebaiknya tidak berjemur.
Sedangkan bagi masyarakat umum, hentikan berjemur jika kulit mulai merah muda.
5. Hindari paparan sinar matahari pada kepala dan leher
Jemur kedua lengan dan tungkai saja atau lindungi anggota tubuh lainnya.
Hindari paparan sinar matahari pada area kepala dan leher. Sebagai solusi, masyarakat bisa menggunakan topi dan tabir surya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.