KOMPAS.com - Awam banyak mengira serangan jantung dan henti jantung adalah kondisi yang serupa.
Kendati sama-sama membahayakan jantung, serangan jantung dan henti jantung adalah dua hal yang berlainan.
Gejala, penyebab, hingga faktor risiko serangan jantung dan henti jantung berbeda. Berikut penjelasannya.
Baca juga: Henti Jantung Bisa Lebih Berbahaya dari Serangan Jantung
Melansir American Heart Association, serangan jantung terjadi ketika pembuluh darah arteri yang membawa aliran darah kaya oksigen ke jantung tersumbat.
Akibatnya, bagian jantung yang biasa dipasok darah oleh arteri tersebut bisa rusak.
Semakin lama penderita serangan jantung dirawat, semakin besar dampak kerusakannya.
Sebelum terjadi serangan jantung yang intens, gejala penyakit biasanya muncul perlahan-lahan dalam hitungan jam, berhari-hari, atau berminggu-minggu.
Baca juga: Hati-hati, Ini 11 Tanda Penyakit Jantung yang Kerap Diabaikan
Lain halnya dengan henti jantung. Henti jantung bisa terjadi secara tiba-tiba dan tanpa peringatan.
Henti jantung adalah kondisi saat jantung berhenti mendadak karena gangguan kelistrikan pada jantung.
Karena proses pemompaan darah ke seluruh tubuh terganggu, organ vital seperti otak, paru-paru, dll. tidak bisa mendapat pasokan darah kaya oksigen.
Akibatnya, seseorang yang mengalami henti jantung bisa kehilangan kesadaran dan denyut jantung dalam hitungan detik.
Penderita bisa meninggal dunia apabila tidak mendapatkan pertolongan medis dalam hitungan menit.
Baca juga: Aritmia (Gangguan Irama Jantung): Jenis, Gejala, Penyebab
Melansir News Medical, mekanisme fisiologis yang berbeda membuat gejala serangan jantung dan gejala henti jantung berbeda.
Gejala serangan jantung meliputi:
Baca juga: Diawali Nyeri Dada, Ini Beda Gejala pada GERD dan Serangan Jantung
Sedangkan gejala henti jantung di antaranya: