Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sindrom Patah Hati Jadi Gejala Baru Covid-19, Kok Bisa?

Kompas.com - 23/07/2020, 10:34 WIB
Ariska Puspita Anggraini

Penulis

Ada banyak faktor yang memicu stres selama pandemi ini. Menurut ahli jantung sekaligus pemimpin riset, Ankur Kalra, faktor-faktor tersebut bisa memicu stres kardiomiopati pada pasien COVID-19.

Yah, pandemi COVID-19 telah membawa banyak tingkat stres dalam kehidupan orang-orang di seluruh negara dan dunia.

Semua orang tidak hanya mengkhawatirkan kondisi diri mereka sendiri atau keluarganya.

Mereka juga berhadapan dengan masalah ekonomi dan emosional, masalah sosial dan potensi kesepian dan isolasi.

"Stres dapat memiliki efek fisik pada tubuh dan hati kita, sebagaimana dibuktikan oleh semakin meningkatnya diagnosis stres kardiomiopati yang kita alami," tambah Kalra.

Baca juga: Covid-19 Menyebar lewat Airborne, Begini Cara Terbaik Melindungi Diri

Temuan riset

Dalam riset ini, peneliti mengamati 1.656 pasien yang mengalami sindrom patah hati akut selama empat periode prapandemi, yakni Maret-April 2018, Januari-Februari 2019, Maret-April 2019 dan Januari-Februari 2020.

Setelah itu, peneliti membandingkan hasil analisis data dengan temuan yang mereka dapat usai menganalisis 258 pasien yang mengalami kondisi serupa di masa pandemi, yakni pada 1 Maret hingga 30 April 2020.

Dari hasil riset, terbukti adanya peningkatan stres kardiomiopati selama masa pandemi.

Data riset juga mencatat sekitar 7,8 persen pasien positif Covid-19 mengalami sindrom patah hati.

Padahal, tingkat stres kardiomiopati selama empat periode prandemik hanya antara 1,5 dan 1,8 persen, yakni antara lima hingga 12 pasien per periode.

Cara mengatasi

Menurut peneliti, cara terbaik untuk mengatasi kondisi ini adalah dengan berfokus pada perawatan diri, terutama untuk pasien yang rentan terhadap tingkat stres.

"Meski pandemi terus berjalan, perawatan diri selama masa sulit ini sangat penting untuk kesehatan tubuh, khususnya jantung," kata ahli jantung Grant Reed.

Bagi mereka yang merasa diliputi stres, Grant Reed menyarankan untuk meminta bantuan ahli kesehatan mental.

“Olahraga, meditasi, dan terhubung dengan keluarga dan teman, sembari tetap melakukan protokol kesehatan dan physical distancing juga dapat membantu meredakan kecemasan," tambah Grant Reed.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau