Bayangan itu bisa juga berupa cekikan di leher, tekanan pada dada, dan sosok menyeramkan yang menduduki tubuh, sehingga sulit bernapas.
Ketiga, seseorang akan merasa panik dan ketakutan adanya halusinasi tersebut. Akan tetapi, tubuh yang masih dalam keadaan tidur paling dalam hanya bisa mengalami kesadaran di bagian tubuh atas, yakni mata dan telinga.
Baca juga: Ini yang Terjadi Saat Wanita Alami Mimpi Basah
Sementara, tubuh bagian bawah terasa sulit digerakan.
Otak manusia masih terjaga, namun karena anggota tubuh sedang tidur, otak hanya dapat membuat indera tertentu terjaga, seperti mata yang masih dapat melirik dan telinga dapat menderngar.
Keempat, setelah beberapa menit terjadi kombinasi proses halusinasi dan tubuh tidak bisa digerakkan, biasanya akan ada sedikit rasa dingin yang menjalar dari ujung kaki ke seluruh tubuh.
Perlahan, ujung kaki atau tangan bisa digerakkan kembali dan halusinasi mengerikan menghilang.
Jadi, ketindihan secara sederhana dapat terjadi karena seseorang bangun di tengah fase REM dalam tidur.
Di mana, pada kelumpuhan tidur ini, transisi tubuh ke atau dari tidur REM tidak sinkron dengan otak.
Ketika bangun, otak sudah sadar, tetapi badan belum.
Kondisi ini yang kemudian menyebabkan badan terasa lumpuh sebagian.
Ketindihan bisa terjadi pada segala usia. Tetapi kondisi yang pertama mungkin terjadi saat saat remaja.
Baca juga: Mimpi Basah: Penyebab, Rentang Usia, dan Frekuensi Normal
Terdapat sejumlah faktor yang bisa memicu kelupuhan tidur itu terjadi, di antaranya yakni:
Melansir WebMD, kebanyakan orang tidak memerlukan pengobatan untuk kondisi kelumpuhan tidur atau ketindihan.
Mengobati kondisi yang mendasari seperti narkolepsi dapat membantu jika Anda sering merasa cemas atau tidak dapat tidur nyenyak.
Baca juga: 5 Macam Obat Tidur dan Efek Sampingnya
Berikut ini adalah beberapa langkah yang bisa dicoba sebagai cara mencegah ketindihan:
Temui dokter jika Anda mengalami ketindihan secara rutin, sehingga membuat Anda tidak bisa tidur nyenyak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.