Meski cenderung memiliki manfaat yang sama, paracetamol dan ibuprofen tetap saja adalah dua jenis obat yang berbeda, sehingga tak boleh digunakan secara acak atau sembarangan.
Paracetamol dan ibuprofen berbeda dalam bagaimana mereka bekerja, seberapa cepat bekerja, berapa lama bertahan di dalam tubuh, termasuk risiko atau efek samping terhadap tubuh.
Jadi, mana yang lebih baik, paracetamol dan ibuprofen untuk mengatasi demam?
Melansir Buku Obat Sehari-hari (2014) oleh M. Sholekhudin, jika memang obat penurun panas diperlukan, obat pilihan utama yang dianjurkan adalah paracetamol.
Baca juga: 5 Cara Mengompres yang Benar Agar Demam Anak Cepat Turun
Dibandingkan dengan obat penurun panas lainnya, termasuk ibuprofen, paracetamol paling aman asalkan digunakan dengan dosis normal dan tidak dalam jangka panjang.
Jika pasien tidak bisa menelan obat, mereka bisa menggunakan paracetamol dalam bentuk supositoria yang dimasukkan ke dalam dubur.
Sementara itu, hati-hati dalam menggunakan obat tetes paracetamol.
Baca betul aturan pakainya sebelum digunakan.
Pada saat meneteskan ke mulut bayi terutama, pastikan betul volume obat sudah tepat untuk menghindari risiko overdosis.
Pasalnya, obat tetes mengandung paracetamol pada umumnya dalam konsentrasi yang tinggi.
Kesalahan volume sebesar 0,3 ml saja bisa menyebabkananak minum paracetamol 30 mg lebih banyak.
Overdosis paracetamol bisa menyebabkan masalah di lever atau hati.
Risiko overdosis harus diwaspadai mengingat aturan pakai obat-obatan di Indonesia biasanya didasarkan pada umur, bukan berat badan.
Baca juga: Alasan Air Hangat Lebih Tepat untuk Mengompres Anak Demam
Padahal, yang lebih tepat seharusnya didasarkan pada umur dan berat badan juga.
Ada kalanya anak baru berusia 2 tahun tapi tubuhnya bongsor dan berat badannya seperti anak umur 4 tahun.