KOMPAS.com – Pernahkah Anda mengalami gejala seperti mulut terasa asam atau pahit, heartburn, sakit tenggorokan, atau rasa tidak nyaman di bagian tengah atau atas perut pada saat-saat terburuk?
Sebut saja saat Anda hendak melakukan wawancara kerja atau menghadapi ujian yang dianggap begitu sulit di sekolah atau di kampus.
Jika pernah, Anda kemungkinan baru saja mengalami gejala asam lambung naik akibat kecamasan atau stres.
Baca juga: 11 Cara Mengatasi Heartburn Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Asam lambung naik atau refluks asam adalah kondisi yang terjadi ketika cairan asam di lambung bocor dan mengalir naik balik ke kerongkongan (esofagus).
Asam lambung naik dan kecemasan memang memiliki hubungan yang erat.
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa kecemasan dapat memperburuk gejala refluks asam.
Kecemasan dan stres juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya asam lambung naik dalam beberapa kasus.
Begitu juga sebaliknya, refluks asam dapat membuat stres dan dapat menyebabkan kecemasan pada beberapa orang.
Melansir Medical News Today, ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa stres dan kecemasan dapat memicu naiknya asam lambung atau memperburuk gejala.
Misalnya, sebuah studi pada 2018 yang melibatkan lebih dari 19.000 orang menemukan bahwa mereka yang mengalami kecemasan lebih mungkin mengalami gejala gastroesophageal reflux disease (GERD).
Baca juga: Cara Mengatasi Sakit Mag dengan Kunyit
Para peneliti mengajukan beberapa kemungkinan alasan fisik untuk ini:
Penulis studi yang diterbitkan dalam di Jurnal Clinical Gastroenterology and Hepatology juga menemukan bahwa di antara orang dengan GERD, gejala asam lambung naik termasuk nyeri dada atau heartburn lebih parah dialami oleh mereka yang memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi.
Para ilmuwan juga mencatat bahwa GERD dapat menjadi sumber utama stres dan kecemasan bagi manusia.
Baca juga: 9 Makanan Penurun Asam Lambung yang Baik Dikonsumsi
Pada 2019, peneliti mencatat bahwa orang dengan GERD yang mengalami nyeri dada memiliki tingkat depresi dan kecemasan yang jauh lebih tinggi daripada mereka yang tidak mengalami nyeri di bagian tubuh ini.
Penulis penelitian juga menunjukkan bahwa orang mungkin mengaitkan gejala seperti nyeri dada dengan kondisi lain yang lebih serius, misalnya sakit jantung, sehingga meningkatkan kecemasan mereka tentang gejala ini.