KOMPAS.com - Bayi lahir prematur terjadi ketika usia kehamilan belum genap usia 37 minggu.
Bayi prematur yang lahir terlalu dini biasanya mengalami beragam komplikasi kesehatan.
Seperti sesak napas, gangguan jantung, otak, pencernaan, metabolisme, sampai daya tahan tubuh.
Baca juga: Lidah Buaya Bantu Menumbuhkan Rambut Bayi, Mitos atau Fakta?
Semakin dini bayi lahir prematur, risiko terjadinya komplikasi semakin tinggi.
Melansir Mayo Clinic, terdapat beberapa jenis kelahiran prematur berdasarkan usia kehamilan bayi, yakni:
Kabar baiknya, sebagian besar kasus bayi prematur lahir di fase prematur akhir.
Baca juga: Kenapa Bayi di Bawah 1 Tahun Tak Boleh Diberi Madu?
Penyebab bayi lahir prematur belum diketahui secara pasti.
Namun, ada beberapa hal yang meningkatkan peluang ibu melahirkan bayi prematur, antara lain:
Ibu hamil bisa mencegah kelahiran bayi prematur dengan mengontrol beberapa faktor risiko yang bisa dikendalikan di atas.
Baca juga: Ibu Menyusui Minum Kopi, Apakah Berpengaruh pada Bayi?
Beberapa tandanya antara lain kontraksi, ketuban pecah, pendarahan, keluar lendir dari vagina, dan bayi tiba-tiba tidak aktif bergerak.
Bayi prematur sebaiknya dilahirkan di rumah sakit dengan fasilitas NICU.
Proses melahirkan bayi prematur biasanya sangat cepat.
Setelah lahir, tenaga medis kemungkinan akan merawat bayi prematur di ranjang atau tempat perawatan khusus.
Tim medis akan menjaga bayi agar tetap hangat, memberikan bantuan pernapasan, obat, atau alat bantu untuk menjaga detak jantung tetap stabil.
Baca juga: Penting untuk Bayi, Bagaimana Cara Memperlancar Produksi ASI?