KOMPAS.com – Gangguan yang terjadi pada pola pernapasan biasa bisa menjadi mengkhawatirkan.
Merasa seolah-olah tidak bisa menarik napas dalam-dalam di dunia medis dikenal sebagai dyspnea.
Cara lain untuk menggambarkan gejala ini adalah rasa lapar akan udara, sesak napas, dan dada sesak.
Baca juga: 8 Cara Mengatasi Sesak Napas Secara Alami
Melansir NHS, dyspnea adalah gejala dari berbagai kondisi kesehatan, dan dapat datang dengan cepat atau berkembang seiring waktu.
Semua kasus dyspnea memerlukan pemeriksaan ke dokter untuk mendiagnosis penyebab yang mendasari dan menentukan pengobatan yang tepat.
Dyspnea parah yang terjadi dengan cepat dan memengaruhi aktivitas secara keseluruhan membutuhkan perhatian medis segera.
Merangkum Health Line, dyspnea adalah gejala dari berbagai kondisi.
Sekitar 85 persen kasus dyspnea yakni terkait dengan:
Baca juga: 5 Penyebab Sesak Napas Setelah Makan yang Perlu Diwaspadai
Banyak kondisi yang terkait dengan dyspnea yang berhubungan dengan jantung dan paru-paru. Ini karena organ tersebut bertanggung jawab untuk mengedarkan oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh.
Kondisi jantung dan paru-paru dapat mengubah proses ini dan menyebabkan sesak napas.
Ada kondisi jantung dan paru-paru lain yang terkait dengan dyspnea di luar yang tercantum di atas.
Kondisi jantung itu meliputi:
Baca juga: 5 Bahaya Anemia Jika Tak Diobati
Sedangkan, kondisi paru-paru meliputi:
Dyspnea tidak hanya berhubungan dengan jantung dan paru-paru.
Kondisi dan faktor lain yang dapat menyebabkan gejala tersebut, seperti:
Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?
Sama seperti dyspnea yang dapat terjadi karena alasan yang berbeda, timbulnya gejala juga dapat berbeda.
Seseorang mungkin saja tiba-tiba mengalami dyspnea. Kondisi ini membutuhkan perhatian medis segera.
Kondisi yang dapat menyebabkan dyspnea akut, termasuk asma, kecemasan, atau serangan jantung.
Di sisi lain, seseorang mungkin mengalami dyspnea kronis. Ini adalah saat sesak napas berlangsung lebih dari sebulan.
Seseorang bisa mengalami dyspnea jangka panjang ini karena penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), obesitas, atau kondisi lainnya.
Seseorang sangat mungkin memiliki beberapa gejala yang menyertai dyspnea.
Gejala tambahan ini dapat membantu penderita dan dokter mendiagnosis penyebab utamanya.
Baca juga: 4 Penyebab Nyeri Dada Selain Penyakit Jantung
Jika penderita mengalami batuk, dyspnea atau dispnea mungkin disebabkan oleh kondisi di paru-paru.
Sementara, jika penderita merasakan gejalanya seperti nyeri dada, dokter mungkin akan memeriksa kondisi jantung.
Dokter bisa juga menemukan gejala di luar jantung dan paru-paru yang menyebabkan dyspnea.
Gejala yang terjadi bersamaan dengan dispnea termasuk:
Baca juga: 9 Tanda Penyakit Jantung Selain Nyeri Dada Sebelah Kiri
Sebagai catatan, pastikan Anda untuk dapat membuat daftar gejala yang dialami dengan dyspnea sehingga dapat membaginya dengan dokter.
Seseorang harus segera mendapatkan pertolongan medis jika mengalami:
Melansir Medical News Today, dyspnea dapat dikaitkan dengan hipoksia atau hipoksemia, yaitu kadar oksigen darah yang rendah.
Hal ini dapat menyebabkan penurunan tingkat kesadaran dan gejala parah lainnya.
Baca juga: 4 Penyebab Pusing Setelah Makan dan Cara Mengatasinya
Jika dyspnea parah dan berlanjut selama beberapa waktu, ada risiko gangguan kognitif sementara atau permanen.
Ini juga bisa menjadi tanda munculnya atau memburuknya masalah medis lainnya.
Perawatan dyspnea akan tergantung pada penyebab masalahnya.
Seseorang yang sesak napas karena kelelahan mungkin akan mendapatkan napasnya kembali setelah berhenti dan rileks.
Dalam kasus yang lebih parah, oksigen tambahan akan dibutuhkan.
Mereka yang menderita asma atau PPOK mungkin memiliki bronkodilator penyelamat inhalasi untuk digunakan bila diperlukan.
Bagi mereka dengan kondisi kronis, seperti PPOK, penyedia layanan kesehatan akan bekerja dengan penderita untuk membantu bisa bernapas lebih mudah.
Ini akan melibatkan pengembangan rencana pengobatan yang membantu mencegah episode akut dan memperlambat perkembangan penyakit secara keseluruhan.
Jika dyspnea terkait dengan asma, biasanya dyspnea merespons dengan baik terhadap obat-obatan seperti bronkodilator dan steroid.
Baca juga: 9 Gejala Awal Kanker Paru-paru yang Harus Diwaspadai
Jika disebabkan oleh infeksi seperti pneumonia bakterial, antibiotik dapat meredakan nyeri.
Obat lain, seperti opiat, obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), dan obat anticemas, juga bisa efektif.
Masalah pernapasan yang berasal dari PPOK dapat membaik dengan teknik pernapasan khusus, seperti latihan pernapasan bibir dan penguatan otot pernapasan.
Orang-orang dapat mempelajari cara melakukannya pada program rehabilitasi paru.
The Dyspnea Lab, sebuah pusat penelitian yang mengkhususkan diri pada sesak napas, melaporkan bahwa orang-orang menganggap program ini bermanfaat, meskipun akar penyebab masalahnya tetap ada.
Jika tes menunjukkan rendahnya kadar oksigen dalam darah, oksigen tambahan dapat diberikan. Namun, tidak semua orang yang mengalami sesak napas memiliki kadar oksigen dalam darah yang rendah.
Baca juga: 5 Bahaya Nikotin dalam Rokok Elektrik
Setiap orang maupun penderita dyspnea dapat mengambil tindakan untuk meningkatkan kesehatan mereka secara keseluruhan dan memberikan lebih banyak ruang untuk bernapas.
Ini termasuk: