Di dataran tinggi, paru-paru harus bekerja lebih keras untuk mendapatkan oksigen ke dalam tubuh.
Pada ketinggian sekitar 8.000 kaki, tingkat oksigen yang rendah dapat menyebabkan masalah pernapasan, termasuk hiperventilasi.
Pada beberapa orang, hiperventilasi dapat dimulai pada ketinggian di bawah 8.000 kaki.
Misalnya, penderita asma mungkin mengalami masalah pernapasan di dataran rendah.
Merangkum WebMD, hiperventilasi bisa menjadi masalah serius.
Gejalanya bisa berlangsung 20 sampai 30 menit.
Baca juga: Dyspnea (Sesak Napas): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Anda kiranya harus mencari pengobatan untuk hiperventilasi saat gejala berikut terjadi:
Gejala lain lebih jarang terjadi dan mungkin tidak jelas terkait dengan hiperventilasi.
Beberapa gejala tersebut meliputi:
Baca juga: Ini Durasi Tidur Ideal Berdasarkan Usia
Pastikan untuk memberi tahu dokter jika Anda mengalami gejala yang berulang.
Anda mungkin mengalami kondisi yang disebut sindrom hiperventilasi.
Sindrom ini tidak dipahami dengan baik dan memiliki gejala yang mirip dengan serangan panik. Ini sering salah didiagnosis sebagai asma.
Hiperventilasi memiliki banyak kemungkinan penyebab, jadi penting bagi dokter untuk meninjau semua gejala seseorang.
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik dan bertanya kepada seseorang tentang riwayat kesehatan mereka.
Rontgen dada dan tes darah dapat membantu mendiagnosis beberapa penyebab hiperventilasi, seperti infeksi.
Tes gas darah arteri bisa juga dilakukan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah.
Tes ini dapat menentukan apakah hiperventilasi telah menurunkan kadar karbon dioksida dalam darah atau belum.
Baca juga: 5 Bahaya Nikotin dalam Rokok Elektrik
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.