Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Bahaya Darah Tinggi pada Ibu Hamil yang Perlu Diwaspadai

Kompas.com - 08/04/2021, 20:07 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Seorang wanita dapat mengembangkan tekanan darah tinggi atau hipertensi kapan saja selama masa kehamilan.

Sama seperti pada kebanyakan orang, darah tinggi pada ibu hamil juga tidak boleh dibiarkan begitu saja.

Dampak darah tinggi pada ibu hamil bahkan bisa dibilang lebih besar ketimbang pada orang umum.

Baca juga: 10 Penyebab Darah Tinggi pada Ibu Hamil yang Perlu Diwaspadai

Pasalnya, darah tinggi pada ibu hamil bisa menimbulkan komplikasi kesehatan serius yang membahakan ibu hamil itu sendiri, bayi yang sedang dikandung, atau keduanya.

Bahaya darah tinggi pada ibu hamil

Merangkum Mayo Clinic, ada beberapa alasan mengapa tekanan darah tinggi bisa menjadi masalah selama kehamilan.

Ini karena tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat menimbulkan berbagai risiko, termasuk:

1. Aliran darah menurun ke plasenta

Jika plasenta tidak mendapatkan cukup darah, bayi Anda mungkin hanya akan menerima lebih sedikit oksigen dan lebih sedikit nutrisi dari yang diperlukan.

Hal ini pun dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, berat badan lahir rendah, atau kelahiran prematur.

Kelahiran premature sendiri dapat menyebabkan gangguan pernapasan, peningkatan risiko infeksi, dan komplikasi lain pada bayi.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Ibu Hamil?

2. Solusio plasenta

Timbulnya tekanan darah tinggi selama kehamilan bisa jadi tanda preeklamsia.

Preeklamsia sendiri dapat meningkatkan risiko kejadian solusio plasenta pada ibu hamil.

Solusio plasenta adalah kondisi ketika plasenta terlepas dari dinding dalam rahim sebelum melahirkan.

Solusio yang parah dapat menyebabkan pendarahan hebat, yang dapat mengancam jiwa ibu hamil dan bayi yang dikandung.

3. Pertumbuhan bayi lambat atau bahkan menurun

Hipertensi telah terbukti dapat menyebabkan pertumbuhan bayi dalam kandungan melambat atau menurun.

Kondisi ini dikenal sebagai pembatasan pertumbuhan intrauterin (IUGR).

Dalam kondisi ini, ukuran janin ditemukan lebih kecil daripada ukuran rata-rata janin normal sesuai usia kehamilan.

Baca juga: Kenali 9 Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

4. Cedera pada organ lain

Pada ibu hamil, hipertensi yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan cedera pada otak, jantung, paru-paru, ginjal, hati, dan organ utama lainnya.

Dalam kasus yang parah, cedera ini bisa mengancam jiwa.

5. Persalinan premature

Terkadang persalinan dini diperlukan atau disarankan oleh dokter untuk mencegah komplikasi yang berpotensi mengancam nyawa saat wanita memiliki darah tinggi selama kehamilan.

6. Penyakit kardiovaskular di masa depan

Preeklamsia dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular) pada seorang wanita di masa depan.

Risiko wanita terkena penyakit kardiovaskular di masa depan lebih tinggi jika pernah mengalami preeklamsia lebih dari sekali atau pernah mengalami kelahiran prematur karena memiliki tekanan darah tinggi selama kehamilan.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Anak-anak dan Remaja?

Klasifikasi darah tinggi pada ibu hamil

Memantau tekanan darah adalah bagian penting dari perawatan prenatal pada ibu hamil.

Jika ibu hamil menderita hipertensi kronis, yakni sudah mengalami hipertensi sebelum memasuki masa kehamilan atau sebelum usia kehamilan 20 minggu, dokter biasanya akan lebih dulu menentukan kategori hipertensi yang dialami.

Hal ini diperlukan salah satunya untuk mendukung proses pengobatan.

Berikut ini adalah klasifikasi hipertensi pada ibu hamil untuk diketahui:

Tekanan darah tingi adalah kondisi ketika tekanan sistolik mulai dari 120 hingga 129 mmHg dan tekanan diastolik di bawah 80 mmHg.

Tekanan darah tinggi cenderung menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu kecuali diambil langkah-langkah untuk mengontrol tekanan darah.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Orang Dewasa?

  • Hipertensi stadium 1

Hipertensi stadium 1 adalah tekanan sistolik yang berkisar antara 130 hingga 139 mmHg atau tekanan diastolik mulai dari 80 hingga 89 mmHg.

  • Hipertensi stadium 2

Hipertensi yang lebih parah, yakni hipertensi stadium 2 adalah tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi atau tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih tinggi.

Sementara itu, merangkum Health Line, setelah 20 minggu kehamilan, tekanan darah pada ibu hamil yang melebihi 140/90 mmHg (berdasarkan hasil pengukuran pada dua kesempatan atau lebih) bisa disebut sebagai hipertensi gestasional.

Gejala preeklamsia

Selain tekanan darah tinggi, tanda dan gejala preeklamsia lainnya pada ibu hamil dapat berupa:

  • Kelebihan protein dalam urine (proteinuria) atau tanda tambahan masalah ginjal
  • Sakit kepala parah
  • Perubahan penglihatan, termasuk kehilangan penglihatan sementara, penglihatan kabur atau sensitivitas cahaya
  • Sakit perut bagian atas, biasanya di bawah tulang rusuk di sisi kanan
  • Mual atau muntah
  • Keluaran urine menurun
  • Penurunan tingkat trombosit dalam darah (trombositopenia)
  • Gangguan fungsi hati
  • Sesak napas, disebabkan oleh adanya cairan di paru-paru
  • Penambahan berat badan dan pembengkakan yang tiba-tiba (edema), terutama di bagian wajah dan tangan sering kali menyertai preeklamsia.

Tapi kondisi ini juga bisa terjadi pada banyak kehamilan normal. Jadi penambahan berat badan dan pembengkakan tidak dianggap sebagai tanda-tanda preeklamsia yang dapat diandalkan.

Baca juga: Benarkah Urine Penderita Diabetes Terasa Manis?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau