Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/05/2021, 06:04 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com – Terkait penularan human immunodeficiency virus (HIV), penting untuk mengetahui gejala awal apa yang harus dicari.

Deteksi dini HIV dapat membantu memastikan pengobatan yang tepat untuk mengendalikan virus dan mencegah perkembangan menjadi HIV tahap 4.

HIV tahap 4 lebih dikenal sebagai Acquired immuno deficiency syndrom (AIDS).

Baca juga: Lawan Stigma, Pengidap HIV Bukan untuk Dijauhi

Pengobatan dini menggunakan obat antiretroviral (ARV) juga bisa membuat virus tidak terdeteksi sehingga diharapkan dapat mencegah penularan virus ke orang lain.

Gejala awal HIV

Dilansir dari Health Line, tanda atau gejala awal HIV mungkin muncul sebagai gejala yang mirip dengan gejala flu (influenza).

Ini bisa termasuk:

  1. Sakit kepala
  2. Demam
  3. Kelelahan
  4. Lelenjar getah bening yang membengkak
  5. Sakit tenggorokan
  6. Sariawan
  7. Kulit ruam
  8. Nyeri otot dan sendi
  9. Ulkus di mulut
  10. Ulkus di alat kelamin
  11. Keringat malam
  12. Diare

Gejala awal HIV pada umumnya muncul dalam satu hingga dua bulan setelah penularan.

Baca juga: 4 Tahapan Infeksi HIV Menjadi AIDS

Meski demikain, gejala HIV tersebut juga bisa muncul segera setelah dua minggu setelah terpapar.

Selain itu, beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala awal setelah tertular HIV.

Penting untuk diingat bahwa gejala awal HIV ini juga terkait dengan penyakit dan kondisi kesehatan umum.

Untuk memastikan status HIV, pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter tentang pilihan pengujian HIV lewat tes darah.

Ketiadaan gejala bisa berlangsung selama 10 tahun. Namun, ini tidak berarti virusnya hilang.

HIV adalah kondisi kesehatan yang dapat dikendalikan.

Tetapi jika tidak diobati, HIV dapat berkembang mejadi AIDS bahkan jika tidak ada gejala yang muncul. Itulah mengapa sangat penting untuk dilakukan pengujian HIV, terutama bagi kelompok orang yang berisiko tinggi tertular virus ini.

Baca juga: 10 Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Kelompok orang yang termasuk berisiko tinggi tertular HIV, yakni:

  • Pengguna narkoba dengan jarum suntik
  • Kerap berganti pasangan
  • Berhubungan seks tanpa kondom dengan pasangan tidak resmi

Tahapan infeksi HIV

Bergantung pada tahapan HIV, gejalanya dapat bervariasi.

HIV tahap pertama dikenal sebagai periode masa jendela, yaitu periode di mana pemeriksaan tes antibody HIV masih menunjukkan hasil negatif walaupun virus sudah masuk ke dalam darah pasien dengan jumlah yang banyak.

Antibodi yang terbentuk belum cukup terdeteksi melalui pemeriksaan laboratorium karena kadarnya belum memadai.

Antibodi terhadap HIV biasanya baru muncul dalam 3-6 minggu hingga 12 minggu setelah infeksi primer.

Periode jendela sangat penting diperhatikan karena pada periode jendela ini seseorang sudah mampu dan potensial menularkan HIV kepada orang lain.

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada periode ini sebaiknya yang mampu mendeteksi antigen p18, p24, p31, p36, gp120, gp41.

Baca juga: Akhiri HIV/AIDS pada 2030, Perkuat Kolaborasi dan Tingkatkan Solidaritas!

 

Tahap HIV berikutnya disebut sebagai infeksi HIV akut atau primer.

Tahapan ini juga disebut sindrom retroviral akut.

Selama tahap ini, kebanyakan orang mengalami gejala mirip flu yang mungkin sulit dibedakan dari infeksi saluran cerna atau saluran pernapasan.

HIV tahap 3 adalah tahap latensi klinis.

Pada tahapan ini, virus menjadi kurang aktif, meski masih di dalam tubuh.

Selama tahap ini, orang tidak mengalami gejala sementara infeksi virus berkembang pada tingkat yang sangat rendah.

Periode latensi ini dapat berlangsung selama satu dekade atau lebih.

Banyak orang tidak menunjukkan gejala HIV selama periode 10 tahun ini.

Tahap terakhir HIV adalah stadium 4.

Baca juga: 4 Cara Penularan HIV/AIDS dan Efektivitasnya

Selama fase ini, sistem kekebalan tubuh rusak parah dan rentan terhadap infeksi oportunistik.

Setelah HIV berkembang ke tahap 4, gejala yang terkait dengan infeksi bisa menjadi lebih jelas.

Gejala-gejala AIDS ini dapat meliputi:

Demam tinggi

  • Menggigil dan keringat malam
  • Ruam
  • Masalah pernapasan dan batuk terus-menerus
  • Penurunan berat badan yang parah
  • Bintik putih di mulut
  • Luka genital
  • Kelelahan biasa
  • Radang paru-paru
  • Masalah memori

Gangguan kognitif memang bisa menjadi gejala yang terkait dengan HIV itu sendiri.

Terkait gejala HIV, ingatlah bahwa tidak selalu HIV itu sendiri yang membuat orang merasa sakit.

Banyak gejala HIV, terutama yang paling parah timbul dari infeksi oportunistik.

Kuman yang bertanggung jawab atas infeksi ini pada umumnya bisa dijauhkan pada orang yang memiliki sistem kekebalan yang utuh.

Namun, bila sistem kekebalan sedang terganggu, kuman tersebut dapat menyerang tubuh dan menimbulkan penyakit.

Orang yang tidak menunjukkan gejala selama tahap awal HIV mungkin menjadi bergejala dan mulai merasa sakit jika virus berkembang.

Baca juga: Apakah Penderita HIV/AIDS Lebih Rentan Tertular Covid-19?

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau