KOMPAS.com - Salah satu gejala Covid-19 yang kerap tidak disadari tapi berisiko fatal adalah happy hypoxia.
Happy hypoxia syndrome atau dikenal dengan happy hypoxia adalah kondisi saat kadar oksigen menurun tapi penderita sekilas terlihat normal.
Biasanya, orang yang saturasi oksigennya menurun akan mengalami tanda kekurangan oksigen seperti sesak napas, terengah-engah, sakit kepala dan gelisah, atau sebagian kulit terlihat kebiruan.
Baca juga: Kenali ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome), Gejala Covid-19 Berat
Terdapat beberapa temuan kasus happy hypoxia pada penderita Covid-19 di Indonesia.
Melansir Antara, Kamis (8/7/2021), salah satu kepala puskesmas di Bengkayang, Kalimantan Barat, meninggal dunia setelah mengalami happy hypoxia.
Dilansir dari laman resmi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS Persahabatan Jakarta juga telah melaporkan beberapa kasus happy hypoxia sejak Maret 2020 lalu.
Salah satu pasien Covid-19 dengan happy hypoxia yang dirawat di RS setempat, kadar saturasi oksigennya sudah menurun tapi kondisinya masih bisa berjalan ke kamar mandi, mampu menelpon, dan tidak terlihat sesak napas.
Untuk mewaspadai gejala Covid-19 ini, kenali apa itu happy hypoxia, gejala, sampai cara mencegahnya yang perlu diketahui.
Baca juga: 7 Cara Meningkatkan Saturasi Oksigen Penderita Covid-19 dengan Proning
Seperti disinggung di atas, happy hypoxia adalah kondisi saat kadar oksigen dalam rendah tapi penderita tidak menunjukkan gejala kekurangan oksigen seperti sesak napas.
Melansir NetMeds, kadar saturasi oksigen normal yakni antara 95 sampai 100 persen.
Saat kadar oksigen rendah, biasanya orang jadi sesak napas, pusing, jantung berdebar, gelisah, atau sebagian kulit kebiruan.
Gejala tersebut muncul sebagai sinyal organ vital seperti ginjal, otak, dan jantung kinerjanya mulai bermasalah karena kekurangan oksigen.
Pada happy hypoxia seperti yang dialami sejumlah pengidap Covid-19, pasien awalnya terlihat baik-baik saja kendati sedang kekurangan oksigen.
Baca juga: Obat Terapi Covid-19 untuk Isolasi Mandiri
Penyebab happy hypoxia pada penderita Covid-19 utamanya karena pengentalan darah atau koagulasi yang meluas di jaringan pembuluh darah paru-paru.
Kondisi ini menyebabkan peradangan dalam tubuh karena infeksi virus SARS-CoV-2.
Ketika tubuh mengalami peradangan, protein seluler akan membentuk bekuan darah sebagai respons alami kekebalan tubuh.
Apabila berlebihan, sel di jaringan paru-paru tidak bisa menerima pasokan oksigen yang memadai.
Kondisi happy hypoxia yang tidak segera ditangani dapat berbahaya. Pasalnya, pengentalan darah tidak hanya terjadi di paru-paru, tapi bisa merembet ke organ vital lain seperti ginjal dan otak yang bisa menyebabkan kematian.
Baca juga: 6 Obat Anosmia Alami untuk Mengatasi Hidung Tidak Bisa Mencium Bau
Meskipun happy hypoxia kerap tidak menunjukkan gejala kekurangan oksigen yang khas, tapi masalah kesehatan ini sebenarnya bisa dideteksi.
Gejala happy hypoxia yang perlu diwaspadai, antara lain:
Jika penderita Covid-19 yang sedang menjalani isolasi mandiri di rumah mengalami happy hypoxia di atas, segera konsultasikan ke dokter yang menangani.
Atau, cari pertolongan medis darurat ke klinik terdekat, puskesmas rawat inap, atau rumah sakit.
Baca juga: Kontak Erat, Kapan Perlu Tes Antigen atau PCR Pemeriksaan Covid-19?
Kondisi happy hypoxia termasuk pada gejala Covid-19 sebenarnya bisa dicegah agar tidak sampai berdampak fatal.
Melansir sejumlah sumber, setiap pasien Covid-19 perlu mengecek kadar saturasi oksigen secara berkala dengan alat pulse oximeter.
Apabila tidak ada alat cek saturasi oksigen, pastikan Anda waspada apabila melihat gejala tubuh tiba-tiba lemas padahal tidak melakukan aktivitas yang mengakibatkan menguras energi.
Atau, waspadai jika jari-jari tangan dan kaki serta kulit bibir kebiruan walaupun tidak ada sesak napas. Segera cari pertolongan medis untuk terapi oksigen.
Kondisi happy hypoxia bisa dialami penderita Covid-19 tanpa gejala maupaun gejala ringan.
Selalu pantau kondisi kesehatan penderita Covid-19 secara berkala, terlebih bagi yang sedang menjalani isolasi mandiri.
Baca juga: Perbedaan Swab Antigen dan PCR dalam Tes Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.