Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alami 12 Kondisi Tidur Ini? Sebaiknya Konsultasikan dengan Dokter

Kompas.com - 09/08/2021, 19:33 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

4. Memiliki sindrom kaki yang gelisah di malam hari

Restless Legs Syndrome (RLS) atau sindromkaki gelisah ditandai dengan perasaan tidak nyaman yang biasanya memengaruhi kaki di malam hari saat duduk atau berbaring. Ini terkait dengan dorongan untuk bergerak dan gejala-gejala ini berkurang dengan gerakan, seperti menggeser kaki atau bangun dan berjalan-jalan.

Baca juga: 14 Penyebab Tremor dan Cara Mengatasinya

Sindrom kaki gelisa dapat memengaruhi 1 dari 10 orang. Ini dapat diperburuk oleh kekurangan zat besi (dengan kadar feritin serum kurang dari 70) atau karena kondisi medis lain yang hidup berdampingan. Ketidaknyamanan ini dapat membuat sulit untuk tertidur.

Ini juga dapat mengganggu tidur di malam hari bagi bagi penderita maupun atau pasangan tempat tidurnya karena bisanya tumpang tindih dengan periodic limb movement disorder (PLMS). PLMD digambarkan sebagai gangguan tidur dengan gejala berupa gerakan kaki yang terjadi berulang pada kaki saat sedang tidur.

Perawatan mungkin termasuk penggantian zat besi (jika kekurangan) serta obat resep, termasuk ropinirole, pramipexole, dan lainnya.

5. Berjalan sambil tidur atau memiliki perilaku tidur lainnya

Tidur bisa berbahaya. Ini terutama benar jika seseorang yang tertidur mulai memiliki perilaku kompleks terkait tidur. Misalnya saja, penyakit tidur berjalan atau somnambulisme.

Anak-anak rentan terhadap penyakit tidur berjalan dan episode ini terkadang bertahan hingga dewasa.

Cedera dapat terjadi saat orang yang tidur melompat dari tempat tidur, menabrak dinding, atau apa saja yang dilewati.

Baca juga: Penyebab Ketindihan dan Cara Menghindarinya

Karena risiko cedera, tindakan pencegahan keamanan tertentu harus diambil.

Penderita penyakit tidur berjalan bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mencari tahu perawatan terbaik.

Perawatan mungkin memerlukan mengatasi gangguan yang mendasarinya atau penggunaan melatonin dosis tinggi atau obat resep seperti clonazepam.

6. Punya kebiasaan tidur larut secara alami

Gangguan ritme sirkadian juga bisa menjadi alasan untuk berbicara dengan dokter tentang tidur.

Kondisi yang paling umum dikenal sebagai sindrom fase tidur yang tertunda atau delayed sleep phase syndrome (DSPS).

DSPS adalah gangguan waktu tidur yang membuat penderitanya cenderung tertidur larut malam dan sulit bangun di kemudian harinya.

Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?

DSPS dilaporkan memengaruhi sekitar 10 persen orang, memiliki kecenderungan genetik, dan sering dimulai pada masa remaja.

Dengan DSPS, seseorang mungkin tidak tertidur secara alami sampai jam 2 pagi atau lebih dan baru bangun di siang hai atai sore hari. Beberapa orang bahkan tetap bangun di pagi hari.

7. Bangun tidur dengan sakit kepala di pagi hari

Sakit kepala sering berinteraksi dengan tidur. Bangun dengan sakit kepala hal pertama di pagi hari dapat terjadi karena beberapa alasan.

Kondisi ini salah satunya bisa terjadi akibat adanya gangguan pernapasan saat tidur.

Sleep apnea mungkin menjadi faktor utama yang mendorong sakit kepala ini.

Kadar oksigen turun dan kadar karbon dioksida meningkat berulang kali sepanjang malam.

Karbon dioksida melebarkan pembuluh darah ke otak, meningkatkan tekanan dan sering menyebabkan sakit kepala frontal yang memudar pada jam-jam pertama hari itu.

Selain itu, bruxism (menggertakkan gigi-gigi atau mengatupkan rahang atas dan bawah dengan keras) di malam hari mungkin juga menyebabkan sakit kepala. Pasalnya, kejadian ini bisa menyebabkan ketegangan otot yang memengaruhi sendi temporomandibular (TMJ) serta bagian belakang kepala dan ke leher dan bahu.

Baca juga: 6 Penyebab Sakit Kepala Saat Bangun Tidur di Pagi Hari

8. Menggertakkan gigi-gigi dengan keras

Meskipun sering dikaitkan dengan stres, menggertakkan atau mengatupkan gigi di malam hari mungkin merupakan tanda slee apnea obstruktif. Kejadian ini dapat menyebabkan keausan dan kerusakan pada email gigi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com