KOMPAS.com – Ada beberapa kondisi terkait tidur yang sebaiknya dapat dikonsultasikan dengan dokter.
Hal ini penting karena beberapa kondisi terkait tidur yang selama ini mungkin Anda sepelekan ternyata merupakan tanda masalah medis lebih serius.
Selain itu, beberapa kondisi tidur tanpa Anda sadari bisa jadi merupakan sumber atau penyebab penurunan kualitas hidup Anda, sehingga bantuan dokter diperlukan untuk mengatasinya.
Baca juga: 7 Cara Mudah Mengatasi Sulit Tidur Tanpa Bantuan Obat-obatan
Berikut adalah sejumlah kondisi terkait tidur yang sebaiknya bisa dibicarakan dengan dokter:
1. Tidak bisa tidur atau insomnia
Merangkum Very Well Health, insomnia adalah kondisi yang sebaiknya dapa dikonsultasikan dengan dokter.
Seperti yang didefinisikan oleh International Classification of Sleep Disorders (ICSD), insomnia adalah kesulitan untuk tidur atau tetap tertidur atau tidur yang tidak menyegarkan tanpa adanya gangguan tidur lainnya.
Secara umum, insomnia dapat digambarkan sebagai kondisi ketika kita tidak bisa tertidur juga lebih dari 20 hingga 30 menit atau untuk kembali tidur setelah bangun di malam hari. Insomnia juga dapat dikaitkan dengan bangun tidur terlalu dini.
Orang dengan insomnia juga memiliki gejala lain, termasuk:
Baca juga: 16 Cara Mengatasi Sakit Perut Secara Alami dan dengan Bantuan Obat
Jika kondisi ini terjadi setidaknya tiga kali per minggu dan berlangsung setidaknya selama tiga bulan, itu disebut insomnia kronis.
Menurut American College of Physicians, insomnia kronis harus diobati terlebih dahulu dengan terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBTI).
Dalam beberapa kasus, pil tidur memiliki peran terbatas, tetapi obat-obatan ini mungkin memiliki efek samping jangka panjang yang sebaiknya dihindari.
2. Terlalu mengantuk di siang hari
Kantuk di siang hari yang berlebihan mungkin merupakan tanda gangguan tidur yang mendasarinya seperti sleep apnea atau bahkan narkolepsi. Kondisi ini dapat merusak kualitas tidur, menyebabkan sering terbangun dalam waktu singkat dan mungkin termasuk kurang tidur.
Baca juga: Jangan Keliru, Ini Durasi Tidur Siang yang Paling Baik untuk Kesehatan
Kebanyakan orang dewasa membutuhkan tujuh sampai sembilan jam tidur setiap malam. Bagi orang-orang yang tidur kurang dari kebutuhannya, kantuk pasti akan menyerang.
Rasa ngantuk yang berlebihan ini dapat terlihat saat tidak bergerak, seperti saat membaca, menonton TV, mengendarai mobil, atau duduk dalam rapat. Ini dapat diidentifikasi dengan kuesioner subjektif seperti skala kantuk Epworth.
Untuk memahami secara objektif tingkat keparahan dan penyebabnya, polisomnogram diagnostik dan multiple sleep latency test (MSLT) dapat direkomendasikan.
Selain mengobati gangguan tidur yang mendasari dan memastikan jam istirahat yang cukup, obat stimulan mungkin diperlukan.
3. Mendengkur terus-terusan
Mendengkur adalah kondisi yang umum terjadi.
Namun, jika mendengkur sampai mengganggu pasangan di tempat tidur atau orang lain di sekitar, kondisi itu mungkin perlu dilakukan evaluasi bersama dokter.
Pasalnya, mendengkur keras dapat dikaitkan dengan sleep apnea obstruktif.
Karena memiliki konsekuensi kesehatan jangka panjang, penting untuk mengetahui apakah ada sleep apnea atau tidak saat Anda tidur mendengkur.
Tes sleep apnea di rumah atau polisomnogram diagnostik mungkin direkomendasikan untuk kasus ini.
Baca juga: Waspada, Mendengkur Bisa Jadi Tanda Sumbatan Jalan Napas
Untungnya, mendengkur dapat diatasi dengan perawatan yang tepat.
Perawatan akan tergantung pada kontribusi yang mendasari dan ada atau tidak adanya sleep apnea terkait.
Ini mungkin termasuk intervensi obat yang dijual bebas, seperti strip hidung, semprotan saline, pengobatan alergi, terapi posisi, dan lain sebagainya; operasi; atau bahkan pilihan untuk mengatasi mendengkur dan sleep apnea seperti alat oral atau continuous positive airway pressure (CPAP).
4. Memiliki sindrom kaki yang gelisah di malam hari
Restless Legs Syndrome (RLS) atau sindromkaki gelisah ditandai dengan perasaan tidak nyaman yang biasanya memengaruhi kaki di malam hari saat duduk atau berbaring. Ini terkait dengan dorongan untuk bergerak dan gejala-gejala ini berkurang dengan gerakan, seperti menggeser kaki atau bangun dan berjalan-jalan.
Baca juga: 14 Penyebab Tremor dan Cara Mengatasinya
Sindrom kaki gelisa dapat memengaruhi 1 dari 10 orang. Ini dapat diperburuk oleh kekurangan zat besi (dengan kadar feritin serum kurang dari 70) atau karena kondisi medis lain yang hidup berdampingan. Ketidaknyamanan ini dapat membuat sulit untuk tertidur.
Ini juga dapat mengganggu tidur di malam hari bagi bagi penderita maupun atau pasangan tempat tidurnya karena bisanya tumpang tindih dengan periodic limb movement disorder (PLMS). PLMD digambarkan sebagai gangguan tidur dengan gejala berupa gerakan kaki yang terjadi berulang pada kaki saat sedang tidur.
Perawatan mungkin termasuk penggantian zat besi (jika kekurangan) serta obat resep, termasuk ropinirole, pramipexole, dan lainnya.
5. Berjalan sambil tidur atau memiliki perilaku tidur lainnya
Tidur bisa berbahaya. Ini terutama benar jika seseorang yang tertidur mulai memiliki perilaku kompleks terkait tidur. Misalnya saja, penyakit tidur berjalan atau somnambulisme.
Anak-anak rentan terhadap penyakit tidur berjalan dan episode ini terkadang bertahan hingga dewasa.
Cedera dapat terjadi saat orang yang tidur melompat dari tempat tidur, menabrak dinding, atau apa saja yang dilewati.
Baca juga: Penyebab Ketindihan dan Cara Menghindarinya
Karena risiko cedera, tindakan pencegahan keamanan tertentu harus diambil.
Penderita penyakit tidur berjalan bisa berkonsultasi dengan dokter untuk mencari tahu perawatan terbaik.
Perawatan mungkin memerlukan mengatasi gangguan yang mendasarinya atau penggunaan melatonin dosis tinggi atau obat resep seperti clonazepam.
6. Punya kebiasaan tidur larut secara alami
Gangguan ritme sirkadian juga bisa menjadi alasan untuk berbicara dengan dokter tentang tidur.
Kondisi yang paling umum dikenal sebagai sindrom fase tidur yang tertunda atau delayed sleep phase syndrome (DSPS).
DSPS adalah gangguan waktu tidur yang membuat penderitanya cenderung tertidur larut malam dan sulit bangun di kemudian harinya.
Baca juga: 3 Cara Mengukur Obesitas, Mana yang Terbaik?
DSPS dilaporkan memengaruhi sekitar 10 persen orang, memiliki kecenderungan genetik, dan sering dimulai pada masa remaja.
Dengan DSPS, seseorang mungkin tidak tertidur secara alami sampai jam 2 pagi atau lebih dan baru bangun di siang hai atai sore hari. Beberapa orang bahkan tetap bangun di pagi hari.
7. Bangun tidur dengan sakit kepala di pagi hari
Sakit kepala sering berinteraksi dengan tidur. Bangun dengan sakit kepala hal pertama di pagi hari dapat terjadi karena beberapa alasan.
Kondisi ini salah satunya bisa terjadi akibat adanya gangguan pernapasan saat tidur.
Sleep apnea mungkin menjadi faktor utama yang mendorong sakit kepala ini.
Kadar oksigen turun dan kadar karbon dioksida meningkat berulang kali sepanjang malam.
Karbon dioksida melebarkan pembuluh darah ke otak, meningkatkan tekanan dan sering menyebabkan sakit kepala frontal yang memudar pada jam-jam pertama hari itu.
Selain itu, bruxism (menggertakkan gigi-gigi atau mengatupkan rahang atas dan bawah dengan keras) di malam hari mungkin juga menyebabkan sakit kepala. Pasalnya, kejadian ini bisa menyebabkan ketegangan otot yang memengaruhi sendi temporomandibular (TMJ) serta bagian belakang kepala dan ke leher dan bahu.
Baca juga: 6 Penyebab Sakit Kepala Saat Bangun Tidur di Pagi Hari
8. Menggertakkan gigi-gigi dengan keras
Meskipun sering dikaitkan dengan stres, menggertakkan atau mengatupkan gigi di malam hari mungkin merupakan tanda slee apnea obstruktif. Kejadian ini dapat menyebabkan keausan dan kerusakan pada email gigi.
Menggertakkan gigi-gigi dapat menyebabkan patah gigi dan membutuhkan perawatan gigi yang mahal. Ini juga dapat memperburuk disfungsi sendi temporomandibular dan menyebabkan nyeri wajah atau kepala.
Selama tidur, bruxism mungkin merupakan aktivitas perlindungan diri yang mengunci rahang dan lidah dalam posisi maju dan mengaktifkan otot-otot saluran napas. Ini membuka jalan napas untuk meningkatkan pernapasan. Ini dapat terjadi sebagai respons terhadap sleep apnea.
Pengobatan masalah pernapasan yang mendasarinya dapat mengatasi bruxism dan memberikan perbaikan jangka panjang untuk kesehatan gigi.
Baca juga: 9 Gejala Sleep Apnea, Gangguan Tidur yang Bisa Picu Serangan Jantung
9. Sering bangun untuk buang air kecil
Sering pergi ke kamar mandi pada malam hari atau nokturia mungkin merupakan tanda yang mengejutkan dari sleep apnea.
Sleep apnea obstruktif dapat meningkatkan keasaman darah dan membuat jantung tegang. Dua hal ini dapat mengaktifkan ginjal dan menyebabkan peningkatan nokturia.
Jika seseorang terbangun dua sampai tiga kali untuk buang air kecil di malam hari, pengobatan sleep apnea mungkin akan dapat secara signifikan mengurangi gejala ini, bahkan dengan faktor risiko lain yang tidak berubah.
10. Tekanan darah sulit dikendalikan
Sleep apnea obstruktif taraf sedang hingga berat sangat berkorelasi dengan memburuknya hipertensi.
Sebuah penelitian menemukan bahwa orang dewasa paruh baya menunjukkan risiko hipertensi tiga kali lipat pada sleep apnea sedang.
Jika tekanan darah tinggi resisten terhadap penggunaan obat-obatan, kemungkinan besar sleep apnea mendasari masalahnya.
Misalnya, seorang pria dengan hipertensi yang resistan terhadap pengobatan yang menggunakan tiga obat tekanan darah memiliki kemungkinan 95 mengalami sleep apnea.
Baca juga: Bagaimana Gula Darah Rendah Bisa Menyebabkan Tekanan Darah Tinggi?
CPAP dapat menurunkan tekanan darah, dengan beberapa penelitian menunjukkan penurunan tekanan darah sistolik hingga 10 mm Hg, terutama di antara orang-orang yang menderita sleep apnea parah dan kepatuhan yang lebih tinggi terhadap terapi.
11. Memiliki masalah pemikiran atau suasana hati
Melansir Health Line, sleep anea yang tidak diobati memiliki efek merusak pada konsentrasi, perhatian, dan memori jangka pendek. Ketika parah, terkait dengan penurunan saturasi oksigen darah, atau lebih tinggi pada tidur REM di antara wanita, ada peningkatan risiko demensia.
Hal ini mungkin disebabkan oleh turunnya kadar oksigen serta terganggunya kelangsungan tidur yang dapat mengganggu fungsi sistem glymphatic, jaringan pembuluh yang membersihkan jaringan otak selama tidur.
Sama seperti kru pembersih, jika ini tidak tercapai, puing-puing dalam bentuk plak protein dapat menyebabkan degenerasi otak. Ini pada akhirnya dapat berkontribusi pada demensia atau penyakit Alzheimer.
Baca juga: 8 Gejala Alzheimer yang Kerap Diabaikan
Selain itu, kurang tidur memiliki efek negatif yang signifikan pada suasana hati. Kesulitan tidur yang menjadi ciri insomnia sangat penting. Masalah tidur dapat menyebabkan kecemasan, depresi, dan lekas marah.
Ini adalah hubungan dua arah, karena suasana hati juga dapat merusak tidur. Ketika keduanya hadir, penelitian menunjukkan bahwa fokus pada peningkatan kualitas tidur lebih bermanfaat.
12. Mengalami mimpi buruk berulang
Mimpi buruk dapat mengganggu tidur dan meningkat pada saat stres.
Mimpi buruk mungkin terkait dengan gangguan mood lainnya, termasuk kecemasan dan gangguan stres pasca-trauma.
Dalam beberapa kasus, penyebab mimpi buruk adalah sekunder dari gangguan tidur lain seperti sleep apnea.
Untungnya, ada beberapa perawatan yang efektif untuk mengatasi mimpu buruk berulang, termasuk obat-obatan seperti prazosin serta terapi latihan mimpi.
Jika Anda telah mengidentifikasi alasan mengapa Anda harus mendiskusikan tidur Anda dengan dokter, jadwalkan janji temu untuk penilaian.
Baca juga: Fakta Medis Ketindihan, Bukan karena Makhluk Halus
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.