KOMPAS.com - Alergi telur adalah salah satu bentuk alergi makanan yang paling umum terjadi pada anak-anak.
Melansir Very Well Health, alergi telur menempati urutan kedua kasus alergi makanan terbanyak pada anak-anak, setelah alergi susu dan memengaruhi hampir 2 persen populasi.
Biasanya, alergi telur didiagnosis sebelum usia dua tahun.
Baca juga: 11 Kandungan Gizi dalam Telur Ayam dan Manfaatnya Bagi Tubuh
Alergi telur disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang salah mengidentifikasi protein telur sebagai zat yang membahayakan tubuh.
Akibatnya, tubuh memberikan reaksi berupa pelepasan bahan kimia seperti histamin ke dalam darah dan menimbulkan gejala alergi.
Pada anak-anak, alergi yang sering ditemui adalah alergi putih telur.
Sedangkan pada orang dewasa, kuning telur dilaporkan lebih sering menyebabkan alergi.
Sementara, pada bayi yang menyusui, alergi telur bisa terjadi setelah mengonsumsi air susu ibu (ASI) dari ibu yang baru mengonsumsi telur.
Alergi telur lebih mungkin terjadi pada anak-anak dan bayi karena dipicu juga oleh kondisi saluran pencernaan mereka yang belum sempurna.
Melansir Health Line, gejala alergi telur mirip dengan jenis alergi lain dan mungkin termasuk satu atau lebih hal berikut:
Dalam kasus yang sangat jarang, syok anafilaksis dapat terjadi. Ini adalah keadaan darurat medis.
Siapa pun yang mengalami syok anafilaksis perlu mendapatkan penanganan medis sesegera mungkin.
Baca juga: 10 Bakteri yang Bisa Kontaminasi Kulit Telur dan Cara Mengatasinya
Diagnosis alergi telur bisa jadi menantang. Jika efeknya dimulai dalam waktu singkat setelah makan telur atau jenis makanan lain, itu bisa menjadi petunjuk memang benar adanya alergi makanan.
Namun, karena telur ditemukan dalam begitu banyak makanan, Anda mungkin tidak segera menyadari bahwa gejala yang muncul terkait dengan konsumsi telur.
Pastikan untuk mendiskusikan masalahnya dengan dokter, bahkan jika Anda menemukan menghindari telur atau produk yang mengandung telur bisa mengurangi atau menghilangkan gejala Anda.