KOMPAS.com - Gangguan obsesif-kompulsif (OCD) adalah kondisi kesehatan mental kronis yang ditandai dengan obsesi yang mengarah pada perilaku kompulsif.
Melansir dari Healthline, gangguan obsesif-kompulsif (OCD) ditandai dengan pikiran yang tidak diinginkan (obsesi) dan irasional, serta dorongan berlebihan untuk melakukan tindakan tertentu (kompulsi).
Mengutip Medical News Today, diperkirakan 2 persen populasi di seluruh dunia mengalami kondisi ini.
Gejala OCD biasanya akan muncul saat kanak-kanak dan remaja, sangat jarang muncul pada orang dewasa berusia 40 tahun ke atas.
Baca juga: Panduan Jaga Kesehatan Mental Selama Pandemi dari Kemenkes RI
Biasanya kondisi ini akan terjadi berulang-ulang.
Meskipun orang dengan OCD mungkin tahu bahwa pikiran dan perilaku mereka tidak masuk akal secara logis, mereka sering tidak dapat menghentikannya.
Pikiran obsesif atau perilaku kompulsif yang terkait dengan OCD umumnya berlangsung lebih dari satu jam setiap hari dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
Beberapa gejala OCD yang muncul meliputi beberapa hal berikut.
Ini adalah pikiran atau impuls yang mengganggu dan berulang kali terjadi.
Orang dengan OCD mungkin mencoba mengabaikan atau menekannya, tetapi mereka mungkin takut bahwa pikiran itu mungkin benar.
Kecemasan yang terkait dengan penindasan juga bisa menjadi terlalu besar untuk ditanggung sehingga membuat mereka terlibat dalam perilaku kompulsif untuk mengurangi kecemasan mereka.
Tidak setiap perilaku berulang adalah kompulsi. Kebanyakan orang menggunakan perilaku berulang, seperti rutinitas sebelum tidur, untuk membantu mereka mengatur kehidupan sehari-hari.
Namun, untuk orang dengan OCD, kebutuhan untuk melakukan perilaku berulang sangat kuat, sering terjadi, dan memakan waktu.
Perilaku tersebut mungkin mengambil aspek ritualistik.
Beberapa contoh termasuk:
Baca juga: Awas! Terlalu Cinta Bisa Jadi Gangguan Mental, Kenali Gejalanya
Penyebab pasti OCD tidak diketahui, tetapi para peneliti percaya bahwa area otak tertentu mungkin tidak merespons serotonin secara normal, yakni bahan kimia yang digunakan beberapa sel saraf untuk berkomunikasi satu sama lain.
Genetika dianggap berkontribusi terhadap OCD juga.
Jika Anda, orang tua, atau saudara kandung Anda mengidap OCD, ada sekitar 25 persen kemungkinan anggota keluarga dekat lainnya akan mengidap OCD.
Rencana perawatan khas untuk OCD biasanya mencakup psikoterapi dan obat-obatan.
Menggabungkan kedua perawatan biasanya paling efektif.
Antidepresan diresepkan untuk membantu mengurangi gejala OCD.
Selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI) adalah antidepresan yang digunakan untuk mengurangi perilaku obsesif dan kompulsi.
Terapi bicara dengan profesional kesehatan mental dapat membantu Anda menyediakan alat yang memungkinkan perubahan pola pikir dan perilaku.
Terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi paparan dan respons adalah jenis terapi bicara yang efektif bagi banyak orang.
Pencegahan paparan dan respons (ERP) ditujukan untuk memungkinkan seseorang dengan OCD mengatasi kecemasan yang terkait dengan pikiran obsesif dengan cara lain, daripada terlibat dalam perilaku kompulsif.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.