KOMPAS.com - Semua orang merasakan kesedihan. Namun, jika kesedihan yang dirasakan terus-menerus, hal tersebut bisa menjadi depresi.
Secara garis besar, depresi bisa dibagi menjadi dua jenis, yakni depresi klinis dan depresi situasional.
Melansir dari Medical News Today, depresi situasional dan klinis serupa tetapi tidak sama. Dengan mengenali perbedaan kedua depresi ini merupakan langkah pertama untuk mendapatkan bantuan dan penanganan yang tepat.
Depresi klinis adalah kondisi serius yang dapat berdampak besar pada setiap bagian kehidupan.
Baca juga: Riset Buktikan Kerja Akhir Pekan Berisiko Depresi
Sementara itu, depresi situasional dikenal secara medis sebagai "gangguan penyesuaian dengan suasana hati yang tertekan."
Kondisi ini sering kali hilang pada saat waktu yang tepat dan membicarakan masalah dapat memudahkan proses pemulihan.
Depresi klinis, yang secara medis dikenal sebagai "gangguan depresi mayor," dapat berkembang jika individu tidak pulih.
Jenis depresi ini adalah kondisi kesehatan mental yang lebih parah.
Lalu, apa perbedaan di antara keduanya?
Beberapa perbedaan utama antara depresi klinis dan situasional akan menentukan jenis perawatan yang dibutuhkan seseorang dan tingkat keparahan kondisinya.
Tidak ada jenis depresi yang lebih "berat" dari yang lain.
Keduanya dapat menghadirkan tantangan dan ancaman signifikan terhadap kesejahteraan seseorang.
Namun, mengetahui jenis depresi mana yang menjadi akar dari suasana hati negatif yang terus-menerus dapat mendukung pemulihan.
Baca juga: Jarang Disadari, Kenali Gejala Depresi pada Pria
Depresi klinis lebih parah daripada depresi situasional.
Hal ini juga dikenal sebagai depresi berat atau gangguan depresi mayor.