Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pentingnya Vaksin Tifoid untuk Anak dan Orang Dewasa yang Gemar Makan

Kompas.com - 13/11/2021, 05:00 WIB
Krisda Tiofani,
Ariska Puspita Anggraini

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Demam tifoid bisa menyebar melalui makanan. Hal ini tentu membahayakan para pecinta kuliner. Memang tak ada yang salah dengan hobi makan.

Kumpulan orang yang gemar mencicipi beragam sajian atau yang kerap disebut sebagai pencinta kuliner itu bisa datang dari segala usia, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.

Para pencinta kuliner sering kali memperlihatkan keinginan menggebu-gebu demi mendapatkan makanan yang disukai.

Entah dengan mengolah bahan makanan sendiri, datang langsung ke restoran favorit, atau memilih untuk memesan via aplikasi daring, semuanya sah-sah saja dilakukan oleh si dia yang gemar makan.

Namun, pencinta kuliner harus lebih berhati-hati dalam mengonsumsi makanan. Jika tidak ingin ada bahaya kesehatan yang mengintai, sebaiknya mulai perhatikan kebersihan diri dan kebersihan hidangan yang akan disantap.

Pasalnya, ada penyakit bernama demam tifoid yang bisa menyebar dari makanan.

"Ketika kita akan menyantap makanan, kan sudah semangat nih ya. 'Aduh akhirnya tercapai juga impiannya untuk mencicipi makanan ini yang katanya lagi ngetren'," ucap dr Suzy Maria Sp.PD, K-AI di acara Peluncuran Kampanye #SantapAman oleh Sanofi Pasteur.

"Nah, sebenarnya kalau dia mengetahui bahwa makanan tersebut ada potensi membawa penyakit, pasti dia juga ada satu sisi penasaran pengin coba makan, satu sisi khawatir," tambah dia.

Menurutnya, demam tifoid bisa datang kepada semua orang, mulai dari anak hingga orang dewasa.

"Penyakit tifoid itu kita sebut food borne diseases. Jadi salah satu penyakit yang bisa ditularkan lewat makanan. Nah, penyakit demam tifoid ini, dia ada kuman bakteri salmonela typhi akan diinfeksi melalui saluran cerna kita," jelas Suzy dalam acara via daring yang diselenggarakan pada Kamis (11/11/2021).

Bakteri dalam makanan yang menjadi penyebab utama munculnya demam tifoid tidak hanya berasal dari penjual makanan kaki lima. Salmonela typhi yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang itu juga bisa saja datang dari sajian hotel atau restoran berbintang.

"Memang yang namanya makanan tidak mungkin steril. Kalau steril itu alat-alat kedokteran di rumah sakit tuh. Kalau yang namanya makanan minuman, itu wajar ada bisa terkontaminasi gitu ya. Terkontaminasi oleh baik bakteri atau virus yang kalau ditelan oleh kita akan bisa menjadi penyakit," ujar Suzy.

Baca juga: Jangan Salah Lagi, Tipes atau Demam Tifoid Bukanlah Penyakit Tifus

Antibiotik hingga vaksinasi

dr Suzy Maria Sp.PD, K-AI dalam acara peluncuran kampanye #SantapAman oleh Sanofi Pasteur Indonesia. DOK. Sanofi Pasteur Indonesia dr Suzy Maria Sp.PD, K-AI dalam acara peluncuran kampanye #SantapAman oleh Sanofi Pasteur Indonesia.

Penyakit demam tifoid bisa ditunjukan melalui beberapa gejala, seperti sakit kepala, tidak enak badan, sakit perut, dan demam yang terus meningkat setiap hari hingga 40 derajat celsius.

Tidak selamanya penderita demam tifoid memunculkan gejala tersebut. Sama seperti beberapa penyakit lainnya, demam tifoid juga bisa mengenai seseorang tanpa menampakkan ciri-ciri yang sudah disebutkan.

Kabar buruknya, seseorang yang terkena demam tifoid tanpa gejala bisa berpotensi sebagai carrier typhi atau pembawa penyakit mematikan ini pada orang-orang di sekitarnya melalui benda yang disentuh, termasuk makanan. Itu sebabnya, seorang pengolah dan penyaji makanan harus benar-benar menjaga kebersihan diri untuk mencegah hal ini terjadi.

Suzy menjelaskan bahwa ada cara pencegahan dan penyembuhan untuk para pasien demam tifoid.

"Kalau yang namanya pencegahan penyakit itu ada yang spesifik dan ada yang tidak spesifik, untuk yang tidak spesifik ini kita menerapkan standar kesehatan. Jadi protokol hygiene-nya kita kalau misalnya kita sebagai orang yang menyiapkan makanan tentu harus menjaga kebersihan tangannya," kata Suzy.

Sementara itu, pasien demam tifoid bisa disembuhkan dengan mengonsumsi antibiotik yang tepat.

Baca juga: 8 Obat Batuk Alami yang Terbukti Ampuh

"Akan sembuh kalau diobati dengan antibiotik yang benar tetapi kalau pengobatan antibiotik sebenarnya resisten atau kumannya kebal dari antibiotik, bisa saja gejalanya hilang tetapi dia menjadi carier," jelasnya.

Cara pencegahan spesifik demam tifoid yang bisa dilakukan oleh semua orang dengan usia dua tahun hingga lanjut usia adalah dengan vaksinasi.

Menurut Suzy, vaksinasi tifoid merupakan langkah optimal pencegahan demam tifoid di samping sanitasi dan higiene pribadi yang terus diupayakan.

Vaksinasi tifoid yang dilakukan akan mengirim virus inaktif ke dalam tubuh manusia, lalu memicu respon sistem imun sehingga bisa melatih sistem tersebut untuk berjaga-jaga terhadap virus sungguhan yang bisa masuk kapan saja.

"Kita memberikan vaksinasi untuk mencetuskan kekebalan terhadap kuman salmonela typhi sehingga amit-amit nih kita sudah jaga sih sebenarnya, sudah berusaha cuci tangan, dan berusaha memesan dari tempat yang kita yakini tetapi amit-amit ternyata ada proses kontaminasi di situ," tutur Suzy.

Vaksin tifoid yang sedang disosialisasikan oleh Sanofi Pasteur Indonesia melalui kampanye #SantapAman dalam rangka Hari Kesehatan Nasional itu terdiri atas satu dosis yang mampu melindungi tubuh selama tiga tahun setelahnya.

"Kita sudah divaksin, kita sudah punya kekebalan jadi kita kalau terkena ya tidak mengalami sakit berat begitu," pungkasnya.

Layaknya vaksinasi Covid-19, vaksinasi demam tifoid juga bisa menimbulkan efek rasa pegal, nyeri, dan tidak enak badan. Namun, tidak ada efek samping vaksin tifoid di luar itu yang bisa timbul jika orang yang divaksin dalam keadaan sehat.

"Nanti setelah tiga tahun kekebalannya memang biasanya menurun, kita ulang lagi vaksinasisnya. Jadi begitu terus untuk menjaga kita supaya tidak tertular demam tifoid," kata Suzy.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com