Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Efek Hipertensi pada Tubuh yang Penting Diperhatikan

Kompas.com - 30/11/2021, 08:03 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi ketika darah mengalir melalui pembuluh darah dengan kekuatan lebih dari yang dianggap normal atau sehat.

Pada tahap awal, hipertensi memang jarang menimbulkan gejala yang mengganggu.

Tetapi, sekalinya diremehkan atau tidak ditangani, hipertensi seiring waktu dapat menimbulkan banyak masalah pada tubuh.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Orang Dewasa?

Hipertensi bisa merusak arteri dan dinding pembuluh darah. Hal ini bisa menyebabkan komplikasi berbahaya dan bahkan kematian jika tidak ditangani.

Itulah mengapa penting bagi siapa saja untuk memeriksakan tekanan darah secara teratur.

Efek hipertensi pada tubuh

Merangkum Medical News Today, seseorang secara umum dapat didiagnosis mengidap hipertensi ketika secara konsisten memiliki tekanan darah mencapai 130/80 mmHg atau lebih.

Angka 130 menunjukkan tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berdetak atau kerap disebut tekanan sistolik.

Sedangkan, angka 80 mewakili tekanan pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antaranya detaknya atau disebut tekanan diastolik.

Siapa saja yang didiagnosis mengidap hipertensi perlu mengelola tekanan darahnya.

Pada kebanyakan orang, pembacaan tekanan darah akan dianggap normal ketika berada di angka 120/80 mmHg atau kurang.

Berikut ini adalah beragam efek hipertensi pada tubuh yang penting diperhatikan:

1. Menganggu kelancaran sistem sirkulasi

Hipertensi dapat mengganggu kelancaran sistem sirkulasi darah dalam tubuh.

Baca juga: Berapa Tekanan Darah Normal pada Anak-anak dan Remaja?

Melansir Health Line, ketika tekanan di mana aliran darah meningkat, kondisi ini dapat merusak dinding arteri.

Saat robekan dinding arteri ini terbentuk, kolesterol jahat yang mengalir melalui darah akan mulai menempel di sana.

Semakin banyak kolesterol menumpuk di dinding arteri, kondisi itu dapat membuat arteri menjadi sempit dan sedikit darah yang bisa masuk atau mengalir.

Jika jumlah darah yang tepat tidak dapat bergerak melalui arteri yang tersumbat, hal itu bisa menyebabkan kerusakan pada jaringan atau organ yang seharusnya dijangkau.

Di jantung, sumbatan ateri bisa menyebabkan sejumlah keluhan atau kondisi, termasuk:

  • Nyeri dada
  • Detak jantung tidak teratur
  • Serangan jantung

Baca juga: 6 Penyebab Darah Tinggi yang Bisa Dikendalikan

Jantung juga harus bekerja lebih keras, tetapi kurang efektif dengan hipertensi dan arteri yang tersumbat.

Akhirnya, kerja ekstra dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri yang merupakan bagian dari jantung yang memompa darah ke tubuh.

Hal ini dapat membuat seseorang berisiko lebih tinggi mengalami serangan jantung.

Gagal jantung adalah kondisi yang mungkin terjadi selanjutnya, di mana jantung tidak lagi bisa memompa darah ke seluruh tubuh secara efektif.

Gagal jantung terjadi ketika jantung menjadi sangat lemah dan rusak akibat hipertensi, terlalu keras bekerja, atau serangan jantung sebelumnya.

Tanda-tanda gagal jantung di antaranya meliputi:

  • Sesak napas
  • Kesulitan bernapas
  • Bengkak di kaki, pergelangan kaki, tungkai, atau perut
  • Kelelahan 

Hipertensi juga bisa menyebabkan tonjolan terbentuk di arteri yang rusak. Ini dikenal sebagai aneurisma.

Aneurisma yang pecah bisa mematikan jika terjadi di salah satu arteri utama. Ini bisa terjadi di mana saja di tubuh.

Baca juga: 10 Bahaya Darah Tinggi yang Perlu Diwaspadai

2. Menganggu sistem saraf

Hipertensi mungkin berperan dalam demensia dan penurunan kognitif seiring waktu.

Aliran darah yang berkurang ke otak bisa menyebabkan masalah memori dan berpikir.

Masalah ini dapat membuat seseorang kesulitan mengingat, memahami berbagai hal, atau kehilangan fokus selama percakapan.

Kerusakan yang sama yang disebabkan oleh hipertensi pada pembuluh darah dan arteri di jantung dapat terjadi pada arteri di otak.

Ketika penyumbatan darah yang lebih besar ke otak terjadi, itu disebut sebagai stroke.

Jika bagian otak tidak bisa mendapatkan oksigen yang mereka terima dari darah, sel mulai mati.

Baca juga: 3 Gejala Saraf Kejepit yang Perlu Diwaspadai

Pembuluh darah di mata bisa rusak juga.

Jika pembuluh darah di mata pecah, kondisi itu dapat menyebabkan kesulitan penglihatan, seperti mata kabur hingga kebutaan.

Penumpukan cairan di bawah retina disebut koroidopati.

3. Melemahkan sistem kerangka

Hipertensi ternyata bisa juga menyebabkan keropos tulang yang dikenal sebagai osteoporosis.

Pasalnya, hipertensi dapat meningkatkan jumlah kalsium yang dikeluarkan tubuh saat buang air kecil.

Wanita yang telah mengalami menopause sangat berisiko mengalami kondisi ini.

Osteoporosis melemahkan tulang dan mempermudah terjadinya patah tulang.

4. Memengaruhi sistem pernapasan

Seperti halnya otak dan jantung, arteri di paru-paru bisa rusak dan tersumbat akibat hipertensi.

Kondisi arteri yang membawa darah ke paru-paru tersumbat dikenal dengan istilah emboli paru.

Baca juga: 11 Gejala Emboli Paru yang Perlu Diwaspadai

Emboli paru adalah keadaan yang sangat serius dan membutuhkan perhatian medis segera.

Aneurisma juga bisa terjadi di paru-paru.

Sleep apnea adalah gangguan tidur yang menyebabkan dengkuran keras dan gangguan pernapasan saat tidur malam.

Penderita sleep apnea sering kali tidak merasa istirahat saat bangun pada pagi hari.

Penelitian telah mengaitkan kondisi tersebut dengan tekanan darah tinggi, karena banyak orang yang didiagnosis dengan apnea tidur juga memiliki tekanan darah tinggi.

5. Mengganggu sistem reproduksi

Organ seksual menggunakan aliran darah ekstra selama bergairah.

Ketika hipertensi menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke penis atau vagina, disfungsi seksual dapat terjadi.

Baca juga: 10 Komplikasi Darah Tinggi yang Perlu Diwaspadai

Pria mungkin mengalami kesulitan untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi.

Sementara, wanita mungkin akan mengalami:

  • Penurunan gairah
  • Kekeringan vagina
  • Kesulitan mengalami orgasme

6. Menganggu sistem saluran kencing

Hipertensi dapat merusak pembuluh darah yang lebih besar yang menuju ke ginjal dan pembuluh yang lebih kecil di dalam ginjal.

Padahal untuk bisa berfungsi dengan baik, ginjal membutuhkan pembuluh darah yang sehat.

Ginjal adalah organ yang berfungsi membantu membuang limbah dari darah, mengatur volume dan tekanan darah, dan menyaring limbah melalui urine.

Seiring waktu, kerusakan di pembuluh darah dapat mencegah ginjal melakukan tugasnya dengan baik.

Hipertensi termasuk salah satu penyebab utama gagal ginjal.

Orang dengan gagal ginjal tidak lagi memiliki kemampuan untuk membuang limbah dari tubuh dan akan membutuhkan dialisis atau transplantasi.

Baca juga: 21 Gejala Gagal Ginjal Akut yang Perlu Diwaspadai

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau