Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/12/2021, 20:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

  • Perilaku impulsif
  • Kecemasan
  • Depresi
  • Paranoid
  • Pikiran untuk bunuh diri

Mengutip Insider, kurang tidur dapat mempengaruhi suasana hati dan meningkatkan stres.

Faktanya, orang dengan insomnia 17 kali lebih mungkin mengembangkan kecemasan klinis dari pada orang yang tidak kurang tidur.

Orang yang tidak depresi yang menderita insomnia mungkin dua kali lebih mungkin untuk depresinya berkembang dari pada orang yang tidur nyenyak.

Hal ini dapat terjadi karena dampak kurang tidur terhadap kemampuan otak untuk mengatur emosi, yang dapat menyebabkan gangguan mood dan pikiran negatif.

Sebagai contoh, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Current Biology pada 2007 meneliti peserta sehat yang kurang tidur selama 35 jam.

Ketika pasien yang kurang tidur diperlihatkan gambar negatif, mereka memiliki lebih banyak aktivitas di amigdala dari pada peserta yang cukup tidur.

Amigdala adalah area otak yang mengatur emosi dan tingkat kecemasan.

Baca juga: 3 Cara Mudah Agar Kamu Bisa Tidur Nyenyak

3. Gangguan sistem kekebalan tubuh

Mengutip Healthline, sistem kekebalan seseorang menghasilkan zat pelindung dan melawan infeksi, seperti antibodi dan sitokin.

Zat tersebut berguna untuk memerangi bakteri dan virus.

Antibodi adalah kekebalan khusus terhadap mikroorganisme (virus, bakteri).

Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Kurang tidur mencegah sistem kekebalan seseorang membangun kekuatannya.

Jika seseorang tidak mendapatkan cukup tidur, tubuh mungkin tidak dapat menangkis mikroorganisme, dan mungkin juga membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari penyakit.

Kurang tidur jangka panjang juga meningkatkan risiko seseorang dalam menghadapi kondisi kronis, seperti diabetes mellitus dan penyakit jantung.

4. Gangguan sistem pernapasan

Mengutip Healthline, hubungan antara tidur dan sistem pernapasan berjalan dua arah.

Kurang tidur dapat memperburuk penyakit pernapasan, seperti paru-paru kronis.

Sebaliknya, gangguan pernapasan juga dapat mengganggu dan menurunkan kualitas tidur seseorang.

Gangguan pernapasan yang terjadi malam hari disebut obstructive sleep apnea (OSA).

OSA adalah gangguan tidur akibat adanya obstruksi atau sumbatan pada jalan napas atas secara berulang yang menyebabkan kurangnya atau tidak adanya pernapasan saat tidur.

Baca juga: 6 Gejala Serangan Jantung Saat Tidur yang Perlu Diwaspadai

5. Peningkatan risiko penyakit jantung

Menurut National Sleep Foundation, tidur kurang dari 7 jam setiap malam bagi orang dewasa dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tanpa memandang usia, berat badan, perokok atau bukan, berolahraga atau tidak.

Mengutip Insider, tekanan darah tinggi atau hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko utama untuk penyakit jantung.

Saat seseorang mendapatkan tidur malam yang nyenyak, tekanan darahnya akan turun sekitar 10-20 persen.

Namun jika seseorang tidak mendapatkan tidur sesuai kebutuhan, tekanan darahnya tidak akan turun di malam hari.

Penelitian telah menemukan bahwa seseorang yang mengalami peningkatan kecil pada tekanan darah di malam hari dapat menyebabkan risiko penyakit jantung lebih tinggi.

Kurang tidur yang konsisten juga dapat mempengaruhi kemampuan tubuh seseorang menghasilkan hormon kortisol (hormon stres).

Stres kronis secara bertahap dapat menyebabkan serangan jantung.

6. Membuat lebih sulit untuk menurunkan berat badan

Mengutip Insider, tidak tidur 7-8an jam setiap malam bagi orang dewasa dapat mengaktifkan sistem endocannabinoid dalam tubuh seseorang.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau