Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/12/2021, 20:00 WIB
Shintaloka Pradita Sicca

Penulis

KOMPAS.com - Tidur adalah kebutuhan setiap orang dan setiap jenjang umur memiliki kebutuhan berbeda

Kementerian Kesehatan mengategorikan jenjang usia:

  • 0-1 bulan membutuhkan tidur umumnya 14-18 jam setiap hari.
  • 1-18 bulan membutuhkan tidur umumnya 12-14 jam setiap hari.
  • 3-6 tahun membutuhkan tidur umumnya 11-13 jam setiap hari.
  • 6-12 tahun membutuhkan tidur umumnya 10 jam setiap hari.
  • 12-18 tahun membutuhkan tidur umumnya 8-9 jam setiap hari.
  • 18-40 tahun membutuhkan tidur umumnya 7-8 jam setiap hari.
  • 60 tahun ke atas (lansia) membutuhkan tidur umumnya 6 jam setiap hari.

Para dokter menyarankan bagi semua orang yang ingin hidup sehat untuk menerapkan aturan tidur tersebut dalam pola hidup sehari-hari.

Mengutip Insider, jika seseorang terus-menerus kekurangan tidur, maka dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

Dalam jangka panjang, kurang tidur yang konsisten juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena serangan jantung atau penyakit mental.

Berikut adalah risiko kesehatan bagi seseorang yang kurang tidur yang dilansir dari berbagai sumber:

Baca juga: Teror Tidur

1. Mengurangi memori dan kemampuan belajar

Mengutip Healthline, tidur diperlukan untuk membuat sistem saraf pusat berfungsi dengan baik.

Selama tidur, jalur terbentuk di antara sel-sel saraf (neuron) di otak manusia yang membantu mengingat informasi baru yang telah dipelajari.

Kurang tidur membuat otak manusia lelah, sehingga tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik.

Manusia yang kurang tidur mungkin juga merasa lebih sulit untuk berkonsentrasi atau mempelajari hal-hal baru.

Sinyal yang dikirim saraf tubuh sesorang mungkin juga tertunda, sehingga mengurangi koordinasi dalam tubuh dan meningkatkan risiko kecelakaan.

Mengutip Insider, para peneliti telah menemukan bahwa hanya 5 jam kurang tidur dalam periode 24 jam dapat memutuskan hubungan antara neuron di hippocampus, area otak yang berhubungan dengan memori.

Dalam satu penelitian kecil yang diterbitkan dalam jurnal Neuroscience pada tahun 2005, 12 peserta usia kuliah yang sehat diajari urutan gerakan jari.

Setelah itu, mereka diminta untuk mengulanginya 12 jam kemudian saat MRI mengukur gelombang otak mereka.

MRI (Magnetic resonance imaging) merupakan pemeriksaan organ tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi magnet dan gelombang radio.

Baca juga: Kurang Tidur Tingkatkan Peluang Obesitas, Kok Bisa?

Para peneliti menemukan bahwa otak kecil (area otak yang mengontrol akurasi) lebih aktif pada partisipan yang tidur selama periode tersebut.

Hal itu menunjukkan bahwa saat seseorang tidur, memori dialihkan ke area penyimpanan yang lebih efisien di otak.

Kurang tidur juga dapat mengganggu kemampuan otak untuk mengeluarkan beta-amiloid , protein beracun dalam cairan antara sel-sel otak yang telah dikaitkan dengan kehilangan memori dan penyakit Alzheimer.

"Tidak cukup tidur di malam hari akan membuat Anda lebih sulit untuk belajar atau mengingat sesuatu nanti," kata Raman Malhotra, MD, seorang dokter obat tidur dan profesor neurologi di Washington University School of Medicine.

"Tidur membantu membekas kenangan atau hal-hal yang Anda pelajari untuk dicoba dan diingat di masa depan," imbuh Malhotra.

2. Merusak kesehatan mental

Mengutip Healthline, kurang tidur juga berdampak negatif pada kemampuan mental dan keadaan emosional seseorang.

Seseorang mungkin akan merasa lebih tidak sabar atau rentan terhadap perubahan suasana hati.

Hal tersebut juga dapat membahayakan proses pengambilan keputusan dan kreativitas seseorang.

Jika kurang tidur berlanjut cukup lama, seseorang bisa mulai mengalami halusinasi.

Ia bisa melihat atau mendengar hal-hal yang sebenarnya tidak ada.

Selain itu, kurang tidur juga bisa memicu fase mania pada orang yang memiliki gangguan bipolar.

Risiko psikologis lainnya termasuk:

  • Perilaku impulsif
  • Kecemasan
  • Depresi
  • Paranoid
  • Pikiran untuk bunuh diri

Mengutip Insider, kurang tidur dapat mempengaruhi suasana hati dan meningkatkan stres.

Faktanya, orang dengan insomnia 17 kali lebih mungkin mengembangkan kecemasan klinis dari pada orang yang tidak kurang tidur.

Orang yang tidak depresi yang menderita insomnia mungkin dua kali lebih mungkin untuk depresinya berkembang dari pada orang yang tidur nyenyak.

Hal ini dapat terjadi karena dampak kurang tidur terhadap kemampuan otak untuk mengatur emosi, yang dapat menyebabkan gangguan mood dan pikiran negatif.

Sebagai contoh, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Current Biology pada 2007 meneliti peserta sehat yang kurang tidur selama 35 jam.

Ketika pasien yang kurang tidur diperlihatkan gambar negatif, mereka memiliki lebih banyak aktivitas di amigdala dari pada peserta yang cukup tidur.

Amigdala adalah area otak yang mengatur emosi dan tingkat kecemasan.

Baca juga: 3 Cara Mudah Agar Kamu Bisa Tidur Nyenyak

3. Gangguan sistem kekebalan tubuh

Mengutip Healthline, sistem kekebalan seseorang menghasilkan zat pelindung dan melawan infeksi, seperti antibodi dan sitokin.

Zat tersebut berguna untuk memerangi bakteri dan virus.

Antibodi adalah kekebalan khusus terhadap mikroorganisme (virus, bakteri).

Sitokin adalah protein yang dihasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melakukan berbagai fungsi penting dalam penanda sinyal sel.

Kurang tidur mencegah sistem kekebalan seseorang membangun kekuatannya.

Jika seseorang tidak mendapatkan cukup tidur, tubuh mungkin tidak dapat menangkis mikroorganisme, dan mungkin juga membutuhkan waktu lebih lama untuk pulih dari penyakit.

Kurang tidur jangka panjang juga meningkatkan risiko seseorang dalam menghadapi kondisi kronis, seperti diabetes mellitus dan penyakit jantung.

4. Gangguan sistem pernapasan

Mengutip Healthline, hubungan antara tidur dan sistem pernapasan berjalan dua arah.

Kurang tidur dapat memperburuk penyakit pernapasan, seperti paru-paru kronis.

Sebaliknya, gangguan pernapasan juga dapat mengganggu dan menurunkan kualitas tidur seseorang.

Gangguan pernapasan yang terjadi malam hari disebut obstructive sleep apnea (OSA).

OSA adalah gangguan tidur akibat adanya obstruksi atau sumbatan pada jalan napas atas secara berulang yang menyebabkan kurangnya atau tidak adanya pernapasan saat tidur.

Baca juga: 6 Gejala Serangan Jantung Saat Tidur yang Perlu Diwaspadai

5. Peningkatan risiko penyakit jantung

Menurut National Sleep Foundation, tidur kurang dari 7 jam setiap malam bagi orang dewasa dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, tanpa memandang usia, berat badan, perokok atau bukan, berolahraga atau tidak.

Mengutip Insider, tekanan darah tinggi atau hipertensi, merupakan salah satu faktor risiko utama untuk penyakit jantung.

Saat seseorang mendapatkan tidur malam yang nyenyak, tekanan darahnya akan turun sekitar 10-20 persen.

Namun jika seseorang tidak mendapatkan tidur sesuai kebutuhan, tekanan darahnya tidak akan turun di malam hari.

Penelitian telah menemukan bahwa seseorang yang mengalami peningkatan kecil pada tekanan darah di malam hari dapat menyebabkan risiko penyakit jantung lebih tinggi.

Kurang tidur yang konsisten juga dapat mempengaruhi kemampuan tubuh seseorang menghasilkan hormon kortisol (hormon stres).

Stres kronis secara bertahap dapat menyebabkan serangan jantung.

6. Membuat lebih sulit untuk menurunkan berat badan

Mengutip Insider, tidak tidur 7-8an jam setiap malam bagi orang dewasa dapat mengaktifkan sistem endocannabinoid dalam tubuh seseorang.

Sistem endocannabinoid bekerja untuk meningkatkan nafsu makan camilan yang tidak sehat, seperti permen dan keripik.

Dalam jurnal Sleep pada 2016, menunjukkan penelitian kecil terhadap 14 orang dewasa yang sehat.

Para peneliti menemukan bahwa peserta yang kurang tidur selama 4 malam memiliki tingkat sistem endocannabinoid yang lebih tinggi di sore hari dari pada mereka yang tidur nyenyak.

Tingkat sistem endocannabinoid yang meningkat meningkatkan selera dan keinginan mereka untuk makan camilan.

Penelitian juga menemukan bahwa kurang tidur meningkatkan pelepasan ghrelin dan menurunkan leptin.

Ghrelin adalah hormon yang merangsang nafsu makan seseorang.

Leptin adalah hormon yang membuat seseorang merasa kenyang.

Jika seseorang tidak cukup tidur, juga berpotensi tubuhnya merasa lelah dan tidak memiliki energi untuk berolahraga secara teratur, yang juga dapat berkontribusi pada penambahan berat badan.

Dalam American Journal of Clinical Nutrition pada 2009, menunjukkan sebuah penelitian kecil terhadap 15 pria sehat.

Penelitian itu menemukan bahwa lebih sedikit jam tidur selama dua malam berturut-turut mengakibatkan penurunan aktivitas fisik siang hari secara signifikan.

Baca juga: Kelumpuhan Tidur (Sleep Paralysis)

7. Menyebabkan kecelakaan

Mengutip Insider, diperkirakan ada 91.000 kecelakaan mobil pada 2017, yang dilaporkan polisi.

Kecelakaan mobil itu melibatkan pengemudi yang mengantuk di AS. Akibatnya, sekitar 50.000 orang terluka dan hampir 800 orang tewas.

Mengemudi saat mengantuk mirip dengan mengemudi mabuk.

Kondisi tersebut memperlambat waktu reaksi dan kesadaran seseorang terhadap bahaya, mengurangi kemampuan untuk memperhatikan apa yang sedang dilakukan atau terjadi.

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Sleep pada 2018, pengemudi yang tidur kurang dari 4 jam dalam periode 24 jam sebelumnya memiliki 15,1 kali lebih mungkin bertanggung jawab atas kecelakaan mobil.

Sementara, pengemudi (orang dewasa) yang tidur 7-9 jam selama periode 24 jam memiliki potensi kecelakaan mobil lebih kecil.

Banyak kecelakaan terkait pekerjaan juga disebabkan oleh kurang tidur.
Pekerja yang kurang tidur 70 persen lebih mungkin mengalami kecelakaan di tempat kerja dan dua kali lebih mungkin meninggal akibat kecelakaan tersebut dari pada pekerja yang cukup tidur.

8. Memicu penilaian buruk

Mengutip Insider, kurang tidur juga dapat menyebabkan penilaian yang buruk. Ini mungkin karena kurang tidur memengaruhi korteks prefrontal otak, area yang mengontrol pemikiran logis.

Contohnya meliputi:

  • Orang yang kurang tidur mungkin lebih cenderung mengambil risiko.

Dalam satu penelitian yang diterbitkan dalam Annals of Neurology pada 2017, peserta dapat memilih untuk menerima sejumlah uang atau berjudi.

Judi konsekuensinya bisa mendapatkan lebih banyak uang, tetapi tidak mendapatkan apa-apa jika mereka kalah.

Mereka yang tidur kurang dari 5 jam selama seminggu lebih cenderung berjudi dari pada mereka yang tidur 8 jam.

  • Kurang tidur dapat membuat seseorang lebih impulsif.

Penelitian telah menemukan bahwa orang kurang tidur lebih cenderung terlibat dalam perilaku agresif atau kurang kontrol diri.

Kurang tidur juga dapat mempengaruhi penilaian moral yang buruk, karena mengganggu kemampuan otak seseorang menggunakan emosi dan kognisi untuk membantunya membuat keputusan.

Baca juga: Benarkah Tidur Tanpa Bantal Bermanfaat bagi Kesehatan?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com