Kolestasis kehamilan intrahepatik adalah gangguan liver yang membuat asam empedu menumpuk di tubuh selama kehamilan. Kondisi ini juga bisa jadi penyebab bayi lahir prematur.
Ibu hamil yang mengalami infeksi bakteri e-coli, streptococcus, bakterial vaginosis, klamidia, trikomona, gonore, sifilis, HIV, atau infeksi saluran kencing yang tidak terkontrol juga bisa meningkatkan risiko bayi lahir prematur.
Solusio plasenta terjadi ketika plasenta terlepas dari bagian dalam dinding rahim. Kondisi yang menyebabkan sakit perut, pendarahan, dan kontraksi ini dapat meningkatkan risiko bayi lahir prematur.
Ibu hamil dengan berat badan terlalu gemuk atau terlalu kurus saat hamil juga berisiko melahirkan bayi secara prematur.
Beberapa penelitian menunjukkan, ibu hamil yang stres selama kehamilan berisiko melahirkan secara prematur.
Baca juga: Setelah Keguguran, Kapan Bisa Hamil Lagi?
Sebagian besar faktor risiko yang meningkatkan peluang bayi lahir prematur bisa dikendalikan.
Melansir Kid’sHealth, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengontrol penyebab bayi lahir prematur:
Apabila ibu hamil atau calon ibu hamil memiliki kekhawatiran di luar faktor risiko penyebab bayi lahir prematur yang bisa dikendalikan di atas, ada baiknya pasangan intens berkonsultasi ke dokter yang menangani.
Baca juga: 7 Tips Program Hamil Setelah Keguguran
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.