KOMPAS.com - Bagi sebagian besar orang Indonesia, ikan asin adalah makanan murah meriah apalagi didampingi oleh sambal.
Ikan asin digandrungi oleh kebanyakan masyarakat kita karena harganya yang ekonomis.
Ikan asin juga banyak macamnya, seperti ikan teri, ikan jambal roti, ikan gabus, ikan peda, ikan tengiri, dan cumi-cumi.
Namun, bagaimana kandungan gizi ikan asin bagi kesehatan manusia?
Menurut Kementerian Kesehatan, ikan asin kering 100 gram dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 70 persen mengandung:
Baca juga: Mengidam Makanan Manis atau Asin, Bisa Jadi 3 Hal Ini Pemicunya
Mengutip Dr Health Benefits, nutrisi ikan asin cukup baik untuk menjaga kesehatan tubuh.
Namun perlu diingat, tidak boleh terlalu sering makan ikan asin karena kandungan garam yang tinggi pada ikan asin.
Mengutip Dr Health Benefits, ikan asin memiliki kandungan kalsium dan fosfor yang tinggi.
Beberapa fakta menyebutkan bahwa ikan asin kering yang berjumlah 100 gram memiliki kandungan fosfor 300 mg dan kalsium 200 mg.
Fosfor dan kalsium sangat bermanfaat untuk kesehatan tulang dan gigi kita.
Terkait untuk kebaikan tulang, ikan asin berperan dalam:
Mengutip Dr Health Benefits, manfaat ikan asin dapat membantu tubuh dalam mempercepat penyembuhan luka.
Namun, itu mungkin tidak terjadi jika seseorang menderita hemofilia (gangguan pembekuan darah).
Kandungan pada ikan asin yang berperan dalam penyembuhan luka berasal dari manfaat zat besi yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3 mg per 100 gram ikan asin.
Baca juga: 6 Gangguan Kesehatan yang Membuat Kita Ingin Mengonsumsi Makanan Asin
Mengutip Dr Health Benefits, zat besi yang terkandung dalam ikan asin sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya anemia (gejala kekurangan darah).
Zat besi yang terkandung dalam ikan asin akan membantu tubuh dalam memproduksi sel darah dan mencegah anemia.
Adapun gejala anemia antara lain:
Mengutip Dr Health Benefits, ikan asin ternyata juga mampu menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Hal itu karena kandungan manfaat protein yang ada pada ikan asin.
Jika daya tahan tubuh seseorang baik, maka tidak akan mudah merasa lelah dan tidak mudah terserang penyakit.
Baca juga: Hati-hati, Kacang Mete Goreng Asin Tak Ramah Hipertensi
Mengutip Dr Health Benefits, ikan asin memiliki kandungan protein yang cukup tinggi, yaitu sekitar 42 gram protein per 100 gr.
Protein ini akan sangat berguna untuk membangun otot dan meningkatkan massa otot, terutama bagi mereka yang sedang menjalani program pembentukan otot.
Dalam 100 gram ikan asin kering dapat memberikan energi bagi tubuh sebanyak 193 kkal.
Mengutip Dr Health Benefits, hal ini dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh dalam satu hari.
Apalagi jika dipadukan dengan bahan makanan lain yang memiliki nilai gizi tinggi, seperti sayuran hijau.
Namun hampir setiap makanan memiliki efek sampingnya, termasuk ikan asin ini.
Baca juga: 8 Cara Menghilangkan Tulang Ikan yang Tersangkut di Tenggorokan
Mengutip FAO, daging ikan umumnya mengandung 74-80 persen air dan ikan berlemak 60-65 persen.
Selama pengasinan untuk membuat ikan asin, air tersebut dihilangkan dan digantikan dengan garam.
Batasan kebutuhan garam setiap orang per harinya ditetapkan Kementerian Kesehatan 5 gram (1 sendok teh).
Mengutip Kementerian Kesehatan, tingginya jumlah natrium dalam sel dan mengganggu keseimbangan cairan tubuh.
Masuknya cairan ke dalam sel akan mengecilkan diameter pembuluh darah arteri, sehingga jantung harus memompa darah lebih kuat yang berakibat tekanan darah tinggi.
Tekanan darah tinggi berpengaruh pada peningkatan kerja jantung, yang akhirnya akan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Mengutip Food Navigator, sebuah penelitian dengan hampir 80.000 pria dan wanita menunjukkan bahwa makan makanan asin, seperti ikan asin, dikaitkan dengan 15 persen peningkatan total kanker.
Sementera, asupan natrium yang tinggi dikaitkan dengan 20 persen peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (CVD), temuan yang diterbitkan dalam American Journal of Clinical Nutrition.
"Temuan kami mendukung gagasan bahwa natrium dan makanan asin memiliki pengaruh berbeda pada perkembangan kanker dan CVD," ujar para peneliti yang dipimpin oleh Manami Inoue dari National Cancer Center di Tokyo.
Baca juga: Waspadai Keracunan Ikan Buntal, Kenali Ciri-ciri dan Cara Mengatasinya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.