Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu Jadi Perhatian, Ini Dampak Buruk Sering Konsumsi "Fast Food"

Kompas.com - 10/03/2022, 14:00 WIB
Giovani Cornelia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kesibukan yang tiada henti membuat kita menjadi tidak punya waktu untuk memasak makanan sendiri. Promo yang lewat di media sosial turut menggoda kita untuk memesan makanan dari luar.

Jika malas untuk pergi ke restoran, layanan pesan antar pun menjadi solusinya.

Memesan makan siap saji memang menawarkan kenyamanan. Bukan hanya karena rasanya yang enak dan harganya yang terjangkau, fast food juga menghemat waktu dan tenaga.

Baca juga: 5 Hal yang Terjadi Jika Kamu Sering Makan Junk Food

Namun, terlalu banyak mengonsumsi fast food dapat memberikan efek buruk pada kemampuan otak.

Mulai dari terganggunya sistem saraf yang mengatur fungsi-fungsi hingga terganggunya kesehatan mental.

Gizi buruk bikin gangguan perilaku

Dilansir dari jurnal Zeichen, studi membuktikan adanya keterkaitan antara gizi buruk akibat konsumsi fast food dengan gangguan perilaku, buruknya status kognitif, dan banyak gangguan fungsi di kehidupan sehari-hari orang dewasa.

Lemak dari fast food tingkatkan kepikunan dini

Jurnal tersebut juga mengatakan bahwa makanan yang mengandung lemak dapat meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif saat di usia lanjut.

Mengonsumsi makan berlemak menjadi salah satu faktor penyebab munculnya kepikunan dini. 

Picu gangguan kejiwaan pada anak

Tidak hanya memengaruhi orang dewasa, keseringan mengonsumsi fast food dan minuman bersoda dapat menyebabkan beberapa penyakit kejiwaan, seperti gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas pada anak-anak.

Anak-anak cenderung akan lebih sensitif, suasana hati yang cepat berubah-ubah, mudah marah, cepat kehilangan fokus, dan sering lupa.

Baca juga: Junk Food Bikin Rentan Depresi, Kok Bisa? 

Dampak buruk lainnya

Dampak buruk fast food pada otak lainnya:

  1. Gangguan pendengaran 
  2. Kerusakan sistem saraf, terutama penglihatan 
  3. Gangguan saraf memori 
  4. Risiko terkena demensia dan penyakit alzheimer 
  5. Muncul gejala depresi 
  6. Muncul risiko gangguan kejiwaan dan perilaku kekerasan pada anak-anak dan remaja 
  7. Muncul gejala gangguan mental lainnya, seperti rasa kantuk berlebihan, rasa malas, dyslexia (gangguan dalam proses belajar), kehilangan keseimbangan, dan kekurangan konsentrasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau