KOMPAS.com - Konsep detoksifikasi adalah salah satu definisi puasa.
Mengutip buku "Detoksifikasi: Membuang Tumpukan Racun Tubuh secara Holistik" (2015) oleh Erikar Labang, sejatinya detoksifikasi menyoroti sisi yang kurang lebih sama dengan proses puasa.
Hanya saja, pendekatan budaya dan konsep religi memisahkan kedua hal yang sebenarnya sejalan tersebut.
Bapak dunia kesehatan, Hippocarates, yang hidup 400 tahun SM dikenal sebagai salah satu pelopor pemakaian detoksifikasi dalam bentuk puasa di sistem perawatan kesehatan yang dia lakukan.
Baca juga: 8 Makanan untuk Mencegah Dehidrasi Selama Puasa
Di dunia kesehatan konvensional, mungkin konsep detoksifikasi tidak terlalu dieksplorasi.
Namun di cabang dunia kesehatan lain, seperti naturopati, detoksifikasi adalah tindakan yang sangat populer dilakukan.
Naturopati adalah ilmu kesehatan yang menekankan kemampuan tubuh utnuk menyembuhkan diri sendiri.
Di banyak negara maju di benua Amerika, Eropa, Australia, beberapa negara Asia, terdapat pusat kesehatan berbasis naturopati.
Di sana sudah lumrah melakukan pengobatan yang mengandalkan puasa untuk detoksifikasi.
Baca juga: Makanan Ringan yang Membuat Kenyang Lebih Lama Cocok untuk Puasa
Mengutip buku "Detoksifikasi: Membuang Tumpukan Racun Tubuh secara Holistik" (2015) oleh Erikar Labang, berangkat dari asal kata "toxin", yang artinya racun.
Secara umum, detoksifikasi adalah penggambaran upaya mengeluarkan tumpukan substansi yang telah menumpuk di dalam tubuh dan berubah sifat menjadi "racun" yang merugikan kesehatan.
Kata racun diberi tanda kutip karena bukan sesuatu yang mematikan secara instan atau cepat.
Racun itu perlahan mengganggu fungsi tubuh dan secara pasti merusak kesehatan dalam jangka panjang.
Secara alami, sebenarnya tubuh sudah memiliki kemampuan detoksifikasi, seperti buang air besar (BAB).
Namun, efektivitas kemampuan alami tubuh tersebut berangsur menghilang karena gaya hidup di zaman modern yang menjauh dari bentuk kehidupan alami.
Salah satu faktornya adalah pola makan memburuk dari waktu ke waktu, meliputi:
Pola makan orang zaman modern kecenderungan menimbulkan tumpukan sampah dalam tubuh, karena:
Baca juga: Buka Puasa dengan Kurma, Ini Manfaat dan Anjurannya Agar Tetap Sehat
Sehingga, melaparkan diri dipahami sebagai cara ekstra untuk membersihkan tubuh dari racun.
Memperlakukan lapar secara tepat akan:
Mengutip Eat This, ketika kita dengan sengaja menahan diri tidak makan dan minum, sebuah proses yang disebut autofagi itu dimulai.
Autofagi adalah proses tubuh mendaur ulang sel-sel tua yang rusak untuk menciptakan sel-sel baru yang sehat.
"Bagian dari sel kita menjadi rusak dan itulah sampahnya," kata Dr Roberta Gottlieb, direktur Kardiobiologi Molekuler di Cedars-Sinai Smidt Heart Institute.
"Sel kita mengunyah bahan rusak (tidak baik bagi tubuh) itu dan mendaur ulangnya. Begitulah cara mereka membuang sampah (sel rusak)," ujar Gottlieb.
Jika seseorang makan pizza berukuran 30 inci sebelum tidur, ia tidak akan mengalami autofagi.
"Itu berarti Anda tidak akan mengeluarkan sampah, sehingga sel-sel mulai menumpuk lebih banyak dan lebih banyak puing,"
Jadi, puasa dapat menjadi waktu optimal untuk tubuh membuang sel rusak.
Baca juga: Saran Makanan Sehat untuk Buka Puasa
Mengutip buku "Detoksifikasi: Membuang Tumpukan Racun Tubuh secara Holistik" (2015) oleh Erikar Labang, manfaat detoksifikasi bisa kita dapat saat menjalankan puasa Ramadhan.
Dengan definisi puasa serta pelaksanaan yang benar, kita bisa melihat bahwa puasa adalah upaya tubuh untuk memperbaiki diri secara holistik.
Secara spiritual dan fisikal, puasa menyehatkan diri.
Hiromi Shinya, seorang ahli gastroenterologi terkemuka dunia mengatakan bahwa orang yang melakukan puasa berkala dengan baik umumnya akan memiliki:
Mengutip WebMD, ketika kita tidak makan selama puasa, tubuh mulai melakukan ketosis.
Baca juga: Makanan Sahur Tepat untuk Stamina Terjaga Selama Puasa
Ketosis terjadi ketika tubuh kehabisan karbohidrat untuk dibakar menjadi energi, sehingga membakar lemak.
"Lemak adalah tempat tubuh menyimpan banyak racun yang diserap dari lingkungan," ucap Joel Fuhrman penulis "Eat to Live: The Revolutionary Plan for Fast and Sustained Weight Loss" dan "Fasting and Eating for Health".
"Puasa memungkinkan tubuh untuk membuang produk limbah ini dengan paling efektif," lanjutnya.
"Tubuh dirancang untuk berpuasa," imbuhnya.
Mengutip buku "Detoksifikasi: Membuang Tumpukan Racun Tubuh secara Holistik" (2015) oleh Erikar Labang, mirip seperti aturan dalam puasa, program detoksifikasi tidak disarankan untuk dilakukan oleh mereka yang ada dalam klasifikasi:
Baca juga: Tips Sahur dan Buka Puasa untuk Ibu Hamil atau Menyusui
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.