Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketahui Penyebab Perdarahan Saat Hamil, Belum Tentu Keguguran

Kompas.com - 07/06/2022, 18:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

Kondisi ini bisa terjadi pada ibu yang pernah melahirkan dengan operasi caesar, kuretase, merokok, hingga kehamilan bayi kembar, hingga posisi janin sungsang atau lintang.

Umumnya, plasenta previa muncul di tengah atau akhir kehamilan dan dideteksi melalui pemeriksaan USG dan MRI untuk melihat posisi plasenta secara lebih jelas.

Gejala utama plasenta previa berupa keluarnya darah merah cerah dengan volume bervariasi, bisa sedikit atau banyak.

Perdarahan yang terjadi karena plasenta previa biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bisa dibarengi dengan kontraksi ringan hingga berat.

Plasenta previa termasuk kondisi yang perlu perhatian ekstra sehingga ibu hamil harus segera ke rumah sakit.

Bila ibu hamil mengalami perdarahan hebat dan berulang, dokter akan menyarankan agar bayi dilahirkan secepatnya melalui operasi caesar.

Sementara itu, jika usia kandungan kurang dari 36 minggu, ibu hamil akan diberikan suntikan obat kortikosteroid terlebih dahulu untuk mempercepat pematangan paru-paru janin kemudian melakukan bed rest total.

Kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan

Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar rahim. Telur yang dibuahi tidak dapat bertahan hidup di luar uterus, alhasil bisa menyebabkan perdarahan.

Kehamilan di luar kandungan bisa disebabkan oleh banyak faktor, seperti genetik, ketidakseimbangan hormon, peradangan akibat infeksi atau prosedur medis, dan perkembangan organ reproduksi yang tidak normal.

Kehamilan ektopik adalah kejadian langka di Indonesia, namun butuh penanganan cepat dan tepat. Pasalnya, kondisi ini dapat merusak organ terdekat dan menyebabkan kehilangan darah yang mengancam jiwa.

Gejala kehamilan ektopik selain perdarahan yaitu nyeri perut yang mirip dengan gejala usus buntu yang bermula di sekitar pusar lalu berpindah ke sisi kanan perut bagian bawah, mual dan muntah, demam, hingga kehilangan nafsu makan.

Jika diketahui terjadi kehamilan ektopik, meski belum pecah (kehamilan ektopik belum terganggu), disarankan untuk dikeluarkan dengan laparatomi atau operasi. Pada kasus-kasus tertentu bisa menggunakan oba-tobatan methotrexate.

Baca juga: Retensi Plasenta

Solusio plasenta

Dilansir dari Mayo Clinic, solusio plasenta merupakan komplikasi kehamilan yang berupa pelepasan sebagian atau seluruh plasenta dari dinding rahim sebelum proses persalinan.

Ibu hamil dengan hipertensi, sering konsumsi alkohol, ketubah pecah dini, merokok, berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun berisiko mengalami solusio plasenta.

Selain perdarahan, solusio plasenta ditandai dengan gejala nyeri rahim sedang-berat dengan kontraksi hingga kejang, peningkatan denyut nadi ibu, hingga pembekuan darah atau disebut hipofibrinogenemia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com