KOMPAS.com - Orang yang pernah mengalami henti jantung memiliki risiko terkena gangguan mental, berupa depresi, gangguan kecemasan, dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).
Henti jantung merupakan kondisi saat jantung tiba-tiba berhenti secara mendadak karena gangguan pada sistem elektrik jantung yang mengganggu aktivitas jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, aliran darah pun terhenti.
Kondisi henti jantung biasanya ditandai dengan beberapa gejala, yaitu nyeri pada bagian dada, sesak napas, lemas, hingga kehilangan kesadaran.
Baca juga: Picu Kematian Mendadak, Ini Penyebab Henti Jantung di Usia Muda
Menurut jurnal Dialogues in Clinical Neuroscience pada Maret 2018, henti jantung dapat memberi efek pada emosi manusia. Sehingga, orang yang pernah mengalami henti jantung berpotensi menderita gangguan mental berikut:
Penderita yang mengalami gangguan stres pascatrauma akan merasa takut, kesepian, atau murung setelah meninggalkan rumah sakit.
Anda harus berkonsultasi dengan dokter apabila mengalami gangguan mental setelah henti jantung.
Dokter kejiwaan biasanya akan memberi pendampingan untuk meredakan hingga menyembuhkan gangguan mental tersebut.
Selain gangguan mental atau kejiwaan, henti jantung mendadak juga dapat menyebabkan komplikasi lain berupa:
Baca juga: Perbedaan Henti Jantung dan Henti Napas
Henti jantung dapat menyebabkan kematian dalam beberapa menit, sehingga harus segera menghubungi layanan medis.
Sembari menunggu layanan medis datang, lakukan pertolongan pertama dengan memompa jantung dan memberi napas buatan.
Kemudian, di rumah sakit, orang yang mengalami henti jantung akan dirawat dengan alat yang disebut defibrillator.
Dikutip dari WebMD, defribilator adalah alat yang dapat menganalisis irama jantung secara otomatis dan mengejutkan jantung hingga berdetak kembali.
Selanjutnya, tim medis akan memantau kondisi kesehatan jantung Anda untuk sementara waktu. Anda juga diberi obat serta diharuskan mengubah gaya hidup.
Pada beberapa kasus, alat bernama implan alat kejut jantung (ICD) bisa ditempel di dalam dada sebelah kiri untuk mendeteksi irama jantung.
Apabila detak jantung melemah atau tidak beraturan, alat ini akan bekerja untuk menormalkan kembali ritme jantung.
Selain itu, ada pula tindakan pembedahan, seperti operasi bypass jantung, angioplasti yang bisa disertai dengan pemasangan ring jantung, hingga ablasi jantung.
Baca juga: 2 Penyebab Henti Jantung yang Perlu Diwaspadai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.