KOMPAS.com - Penelitian menunjukkan banyak makan daging merah dapat meningkatkan risiko penyakit kronis, meski makanan ini memiliki kandungan gizi.
Mengutip Healthline, daging merah merupakan daging dari mamalia yang berwarna merah saat mentah, seperti:
Baca juga: Mengapa Daging Merah Berbahaya untuk Kesehatan?
Sementara, ada juga daging putih yang berasal dari unggas, seperti:
Pada dasarnya daging merah memiliki nilai gizi yang cukup banyak.
Misalnya, dalam 3,5 ons (100 gram) daging merah mentah yang digiling memiliki kandungan gizi sebagai berikut:
Baca juga: Benarkah Daging Putih Lebih Rendah Kolesterol daripada Daging Merah?
Mengutip Healthline, bagaimana daging dibesarkan dapat memengaruhi komposisi gizi.
Misalnya, daging sapi yang diberi makan rumput biasanya lebih rendah lemak total dan lemak jenuh.
Biasanya juga lebih tinggi asam lemak omega-3 dibandingkan dengan daging sapi yang diberi makan biji-bijian.
Namun, perbedaan komposisi nutrisi antara daging sapi yang diberi makan rumput dan yang diberi makan biji-bijian cukup kecil.
Semua daging merah secara objektif bergizi karena menyediakan protein, lemak, dan berbagai zat mikronutrien.
Hanya saja sebuah studi observasional menemukan bahwa orang yang banyak makan daging merah memiliki kecenderungan kesehatan yang lebih buruk karena penyakit jantung dan kanker.
Apalagi, jika diikuti dengan kebiasaan hidup tidak sehat, seperti:
Baca juga: 7 Efek Kebanyakan Makan Daging Merah bagi Kesehatan
Mengutip Medical News Today, banyak penelitian yang berbeda menunjukkan bahwa banyak makan daging merah dapat menyebabkan risiko penyakit jantung lebih tinggi.
Beberapa studi observasional menunjukkan bahwa daging merah dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih besar, termasuk karena penyakit jantung.
Selama bertahun-tahun, para ahli percaya bahwa hubungan antara konsumsi daging merah dan penyakit jantung disebabkan oleh lemak jenuh yang ada dalam daging merah.
American Heart Association (AHA) mengklaim bahwa daging merah umumnya memiliki lebih banyak lemak jenuh dari pada sumber protein lain, seperti ayam, ikan, atau kacang-kacangan.
Menurut AHA, makan lemak jenuh dalam jumlah tinggi dan lemak trans dalam jumlah berapa pun dapat meningkatkan kadar kolesterol seseorang dan meningkatkan risiko penyakit jantung.
Oleh karena itu, disarankan agar Anda membatasi makan daging merah dan mendorong orang untuk memilih daging tanpa lemak.
Meskipun demikian, daging merah bukanlah sumber utama lemak trans. Makanan yang dikemas, diproses, dan digoreng cenderung mengandung paling banyak lemak trans.
Baca juga: Mitos atau Fakta, Konsumsi Daging Merah Berbahaya untuk Kesehatan?
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa selain kandung lemak jenuh, daging merah masih memiliki potensi risiko penyakit jantung lainnya.
Sebuah studi menemukan bahwa orang yang makan daging merah secara teratur memiliki tingkat metabolit yang lebih tinggi yang disebut trimetilamina N-oksida (TMAO).
Bakteri di usus menghasilkan TMAO selama pencernaan. Zat ini adalah racun yang peneliti kaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung.
Studi ini menunjukkan bahwa orang yang makan daging merah memiliki tiga kali lipat tingkat TMAO dibandingkan dengan mereka yang makan daging putih atau protein nabati.
Namun, kadar TMAO mereka kembali normal sekitar 4 minggu setelah berhenti makan daging merah.
Baca juga: Makan Daging Mentah Amankah?
Mengutip Medical News Today, beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa makan daging merah secara teratur dapat meningkatkan risiko kanker atau kematian.
Sebuah makalah pada 2015 menyatakan bahwa daging merah "mungkin karsinogenik bagi manusia" dan bahwa daging olahan "karsinogenik bagi manusia". Hal ini sesuai dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) klasifikasi.
Secara khusus, makalah tersebut menyatakan bahwa orang yang lebih banyak makan daging merah lebih mungkin mengembangkan kanker kolorektal.
Penelitian itu juga menemukan risiko lebih tinggi terkena kanker pankreas dan prostat pada mereka yang makan daging merah.
Para penulis mengatakan bahwa metode pengolahan daging merah juga dapat meningkatkan risiko kanker.
Ketika seseorang memasak daging merah pada suhu tinggi, seperti menggorengnya atau memanggangnya di atas api terbuka, bahan kimia tertentu akan terbentuk di dalam daging.
Baca juga: Waspadai, Ini Bahaya Makan Daging Ayam yang Belum Matang
Bahan kimia yang terbentuk disebut amina heterosiklik dan hidrokarbon aromatik polisiklik. Itu dapat menyebabkan perubahan DNA yang menyebabkan kanker.
Mengutip Healthline, mirip dengan penelitian tentang penyakit jantung, tampaknya jenis daging memengaruhi efek sampingnya.
Konsumsi daging merah olahan, seperti bacon dan sosis, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker kolorektal. Itu tampaknya tidak berlaku untuk daging merah yang tidak diproses.
Tinjauan studi menemukan bahwa asupan daging merah olahan yang tinggi dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara yang lebih besar dibandingkan dengan asupan daging merah yang tidak diproses yang tinggi.
Tidak sepenuhnya dipahami bagaimana daging olahan meningkatkan risiko kanker tertentu.
Meski demikian, tidak semua daging merah memiliki efek kesehatan yang sama karena penting untuk mengingat tentang adanya keterbatasan studi observasional.
Baca juga: Kebanyakan Makan Daging, Berikut 6 Buah untuk Mengatasi Sembelit
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.