SETELAH membaca sebuah bab yang ditulis oleh Wei (2014) berjudul Language and the Brain (Bahasa dan Otak) serta bab lain tulisan Damico, Müller, & Ball (2010) berjudul Social and Practical Consideration in Labeling (Pertimbangan Sosial dan Praktis dari Pelabelan), saya dapat merasakan ada benang merah di antara dua tulisan tersebut.
Tulisan Wei memberikan banyak informasi tentang gangguan bahasa dan klasifikasinya.
Idenya seakan-akan merupakan resonansi dari tulisan yang lebih dahulu terbit karya Damico, Müller, & Ball yang menggambarkan tentang efek pelabelan pada seseorang setelah didiagnosis memiliki gangguan bahasa tertentu.
Wei secara komprehensif menjelaskan kepada pembaca bahwa gangguan neurologis dapat menyebabkan aspek-aspek tertentu dari wicara dan lingua menjadi terganggu.
Gangguan ini terjadi di wilayah yang sangat selektif, misalnya, seseorang dapat mengalami kesulitan menghasilkan suara untuk berbicara, mengalami masalah dalam bentuk distorsi artikulasi, mengalami kesulitan berhubungan dengan pemilihan kata, dan yang paling umum mengalami kesulitan berhubungan penyusunan struktur kalimat.
Salah satu masalah wicara yang cukup popular di kalangan masyarakat akademis terkait kerusakan neurologis yang mengganggu keterampilan bahasa, yaitu afasia.
Ketika seseorang menderita afasia, ia akan mengalami kesulitan menggunakan kata-kata dan kalimat (khususnya pada kasus afasia ekspresif).
Ia juga dapat mengalami masalah yang berkaitan dengan pemahamannya terkait perkataan orang lain kepada mereka (misalnya dalam kasus afasia reseptif).
Orang yang mengidap afasia mungkin harus berjuang untuk melakukan aktivitas produksi dan dan pemahaman bahasa orang lain jika ia menderita afasia global.
Keluarga penderita afasia biasanya akan membawa penderita untuk bertemu dengan dokter atau Profesional Wicara dan Bahasa (PWB) untuk mendapatkan perawatan.
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.